Wayang Golek Menak disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
Ketika itu pada tahun 1941, Sultan memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbaga.
Adapun pagelaran perdana dilakukan pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun Sultan.
Adapun tipe tiga karakter dalam tarian tersebut yakni tipe karakter puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,tipe karakter putra halus untuk Raden Maktal, tipe karakter gagah untuk Prabu Dirgamaruta
Baca Juga: UI Bantu Pelestarian Ritual Tari Sang Hyang Dedari
Tiga tipe karakter tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.
Sumarsono menuturkan kedatangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menimba pengalaman dari D. I. Yogyakarta.
"Poin pertama dalam menimba pengalaman yakni Keistimewaan Yogyakarta, Yogyakarta punya undang-undang sendiri, Undang-undang keistimewaan nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta,"ujar Sumarsono di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta, Sabtu (14/1/2017) malam.
Tak hanya soal pemerintah, dirinya juga mendapat pengetahuan soal wacana pengembangan paket wisata antar provinsi
"Pengembangkan paket wisata nusantara Jakarta, Jogja dan Bali, ditahap penjajakan yang mungkin dilakukan. Soal budaya di Idonesia hanya Yogyakarta yang rapi dan patut dijadikan teladan dan menjadi pedoman untuk belajar serta melestarikan budaya, "paparnya.