Mereka melawan peserta yang ada di becak motor lain dan juga melawan peserta yang menunggu di pinggir jalan. Ada ratusan becak motor yang terlibat dalam perang air ini. Etnis Tionghoa dan Melayu berbaur dalam suasana yang akrab. Kebanyakan warga Melayu tidak naik becak motor tapi menyerang dari pinggir jalan, atau menjual amunisi kantong berisi air yang sudah dibungkus plastik.
Penyelenggaraan Festival Perang Air di Kota Sagu, Selatpanjang kali ini diprakasai oleh Pemkab Kepulauan Meranti bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Riau.
"Kita akan menarik para pelancong baik dari lokal maupun mancanegara melalui event perang air ini. Perang air ini merupakan bagian pariwisata yang sangat baru dan harus dikembangkan," kata Ismail.
Rekaman festival perang air ini akan dimasukkan dalam data agenda Kementerian yang dipimpin Menpar Arief Yahya itu. Dia berharap itu dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia. Ismail berharap, di kemudian hari agenda yang sudah berlangsung puluhan tahun itu dapat dipromosikan ke setiap provinsi yang ada di Indonesia dan dunia international untuk menarik minat wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
"Roundown acara sudah kami persiapkan. Semoga Kabupaten Meranti Riau makin dikenal, baik nasional maupun dunia. Sehingga dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung melihat keunikan dan keanekaragaman adat budaya di Kabupaten ini," tandasnya.