Mengintip Terminal Baru Depati Amir dan Gairah Wisata Babel

Kamis, 12 Januari 2017 | 10:18 WIB
Mengintip Terminal Baru Depati Amir dan Gairah Wisata Babel
Bandara pati Amir, Pangkalpinang. (dok Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pujian sama juga ikut dilontarkan Ketua Tim Geopark ITB 81, Diah Herawati. Dia mengaku merasa bahagia sekaligus terkejut karena dalam kurun waktu hanya empat bulan tim Geopark Belitong sudah bisa running.

“Biasanya daerah lain lebih dari 4 bulan, bertahun-tahun malah belum kemana-mana minimal bergeraknya baru 2 -3 tahun. Tapi tim Geopark Belitong beda. Timnya kompak dari Barat ke Timur. Semua mendukung, Pemda mendukung, komunitas mendukung. Ini cukup mengagetkan saya dan beliau (Martini, red),” kata Diah.

Meski begitu, Diah menyatakan masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan. Salah satunya ada menggerakkan komunitas-komunitas untuk membangun wisata mandiri. “Ayo komunitas di Belitung Timur lebih bergerak lagi. Kalau di Belitung kan sudah banyak pariwisata yang dibuat dari komunitas, di Belitung Timur harus lebih digerakkan lagi. Desa-desa dan komunitas harus membangun pariwisata mandiri,” ujarnya.

Ajakan Diah tadi memang sangat beralasan. Status geopark dari sebuah kawasan geologi sangat berpotensi meningkatkan daya tarik suatu destinasi wisata. Geopark juga bisa menjadi penggerak ekonomi paling cepat ketimbang sektor-sektor lain. Contoh riilnya sudah banyak. Tiongkok misalnya. Dari pendapatan wisata sekitar 6 miliar dollar AS atau Rp 80 triliun, sekitar 62 persen di antaranya atau mencapai Rp 49 miliar, disumbangkan dari pengelolaan 33 kawasan geopark dunia.

Di Indonesia, manfaat ekonomi juga sudah dirasakan kawasan Pegunungan Sewu Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 2011, Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan dari sejumlah destinasi wisata karst di lokasi tersebut baru sekitar Rp 800 juta. Namun, setelah ditetapkan sebagai kawasan geopark global dunia, pendapatan aslinya meningkat menjadi Rp 22,5 miliar.

Dan kebetulan, prosentase wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia karena faktor alam (nature) lumayan tinggi. Angkanya menembus 35 persen. Potensi alam sebesar 35 persen tadi kemudian dikembangkan sebagai wisata bahari (marine tourism), wisata ekologi (ecotourism) 45 persen, dan wisata petualangan (adventure tourism) 20 persen. “Di dalamnya termasuk geopark,” kata Diah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI