Sebagai antisipasi terhadap perubahaan pasar tersebut, kata Arief Yahya, Kemenpar bekerjasama dengan PT Telkom baru-baru ini telah meluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchnage). ITX ini merupakan platform digital market place dalam ekosistem pariwisata atau sebagai pasar digital yang mempertemukan buyer dan seller di mana semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi.
“ITX ini adalah mesin yang bisa mengkoneksi para pelaku bisnis dengan traveller dunia. Di ITX sudah disiapkan mesin pemesanan (book), maupun bayar (payment). Yang sudah bergabung silakan segera aktifkan, yang belum bergabung silakan segera registrasi, semua gratis, dari booking system sampai payment engine-nya. Termasuk template website yang sudah commerce, jika belum punya web-nya,” papar Arief Yahya.
“Kita harapkan pada triwulan II/2017 sudah operasional 100 persen dan semuanya digital,” kata Menpar Arief Yahya, yang pada kesempatan itu minta agar pelaku usaha perjalanan wisata yang tergabung dalam ASITA untuk memanfaatkan ITX. Dia juga mengingatkan prinsip dasar: More Digital More Professional, More Digital More Global dan More Digital More Personal!
Menpar Arief Yahya pada kesempatan itu memaparkan tiga program priortas Kemenpar yang akan diimplemtasikan tahun 2017 yakni; digital tourism, homestay, dan konektivitas udara. Dalam program digital tourism antara lain diluncurkan ITX dan War Room M-17 di kantor Kemenpar sebagai pusat intelejen berbasi teknologi digital.
Baca Juga: Pemerintah Minta Potensi Pariwisata Bahari Dijaga
Sementara itu untuk pembangunan homestay sebagai program pembangunan ‘desa wisata’ yang akan dimulai tahun 2017 dalam rangka mendukung percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas sebagai ‘Bali Baru’ yakni; Danau Toba (Sumatera Utara); Tanjung Kelayang (Bangka Belitung); Tanjung Lesung (Banten); Kepulauan Seribu (DKI Jakarta); Candi Borobudur (Jawa Tengah); Bromo Tengger Semeru (JawaTimur); Mandalika (Lombok, NTB); Labuan Bajo (Flores, NTT); Wakatobi (Sulawesi Tenggara); dan Morotai (Maluku).
“Tahun 2017 kami mentargetkan membangun 20.000 homestay (pondok wisata), tahun 2018 sebanyak 30.000, dan tahun 2019 sebanyak 50.000 unit. Sebagai quick win pada triwulan I/2017 akan dibangun 1.000 homestay,” kata Arief Yahya.
Program konektivitas udara, kata Menpar, sangat penting mengingat sekitar 75% kunjungan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya seat pesawat (seat capacity) yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target tahun 2017 hingga 2019 mendatang. “Tersediaannya kapasitas seat sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan (airlines) Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016, sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 membutuhkan tambahan 4 juta seat. Untuk target 18 juta wisman tahun 2018 membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat, sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau menjadi 10,5 juta seat pesawat,” kata Arief Yahya.
Untuk memenuhi tambah 4 juta seat dalam mendukung target 15 juta wisman pada 2017, Kemenpar melakukan strategi 3 A (Airlines--Airport & Air Navigation—Authorities) yang diawali dengan melakukan nota kesepahaman (MoU) kerjasama dengan perusahaan penerbangan Indonesia dan asing; PT Angkasa Pura I & II dan AirNav Indonesia dalam upaya menambah direct flight berjadual melalui pembukaan rute baru, extra flight, maupun flight baru dari pasar potensial serta pemberian insentive airport charge dan pengalokasian prioritas slot di sejumlah bandara internasional di Indonesia.