Komunitas Ini Lawan Stigma Negatif Penderita Skizofrenia

Sabtu, 07 Januari 2017 | 14:19 WIB
Komunitas Ini Lawan Stigma Negatif Penderita Skizofrenia
Komunitas KPSI [dok.KPSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang dengan gangguan kejiwaan atau sering dianggap gila kerap diasingkan oleh keluarga maupun tetangga di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka juga ada yang dipasung oleh keluarganya sendiri agar tak mengganggu orang lain.

Seorang lelaki bernama Bagus Utomo dibuat gelisah dengan stigma negatif terhadap penderita skizofrenia, istiliah medis untuk orang yang mengidap gangguan mental. Berawal dari kegelisahan tersebut, Bagus yang kakaknya juga penderita skizofrenia mendirikan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).

Bagus mengatakan, informasi seputar skizofrenia masih sangat sulit didapat ketika kakaknya didiagnosis menderita gangguan jiwa ini.

Padahal, setelah melakukan banyak riset, Bagus menemukan potensi pencegahan skizofrenia jika keluarga atau orang terdekat penderita dapat mendeteksi secara dini gejala-gejala yang mengarah pada penyakit mental ini.

"Di Indonesia, deteksi dini terlambat karena pengetahuan tentang gangguan jiwa belum merata. Sehingga di KPSI ini kami ingin berbagi dan memberi harapan bahwa gangguan jiwa bisa ditangani jika kita memiliki pencegahan yang cukup," kata Bagus beberapa waktu lalu.

Komunitas ini, kata dia, berfokus untuk memberikan pendampingan kepada orang dengan gangguan kejiwaan, khususnya skizofrenia agar bisa mendapatkan perawatan dan kembali ke masyarakat. Pihaknya juga getol memerangi stigma negatif yang dialami penderita, akibat ketidaktahuan masyarakat akan masalah kejiwaan ini.

"KPSI adalah organisasi pendukung untuk orang dengan gangguan jiwa. Jadi kita gaungkan bagaimana keluarga dari pasien gangguan jiwa bisa berperan dalam mempercapat penyembuhan," ujar dia.

Menurut Bagus, orang dengan gangguan kejiwaan atau skizofrenia bisa hidup normal seperti sedia kala jika mengonsumsi obat secara teratur. Sayangnya banyak masyarakat yang belum mendapatkan pemahaman ini sehingga memperlakukan anggota keluarga mereka layaknya binatang.

"Jika diobati dan mendapat dukungan dari keluarga, pasien dengan gangguan jiwa bisa kembali hidup normal," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI