Hati-hati, Remaja Rentan Alami Lima Kondisi Ini

Kamis, 15 Desember 2016 | 19:15 WIB
Hati-hati, Remaja Rentan Alami Lima Kondisi Ini
Ilustrasi pergaulan remaja. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memasuki masa remaja, anak-anak akan mengalami perubahan fisik maupun hormonal yang pada gilirannya turut mempengaruhi perilaku mereka. Menurut psikolog remaja, Elizabeth Santosa, periode remaja dapat juga disebut 'storm period' di mana anak-anak akan merasakan perubahan mood yang tak menentu namun tak diketahui penyebab pastinya.

"Kepala mereka penuh dengan pikiran abstrak tapi tidak tahu kemana arahnya. Oleh karena itu remaja sangat rentan mengalami beberapa kondisi yang menunjukkan bahwa mereka belum matang," ujar perempuan yang akrab disapa Lizie ini pada temu media yang dihelat Unilever di Jakarta, Kamis (15/12/2016).

Lima kondisi tersebut sebagai berikut:
1. Argumentatif
Remaja menurut Lizie identik dengan sifat suka melawan dan kritis baik dari cara bertutur kata maupun tindakan. Hal ini menurut Lizie terjadi karena fungsi kognitif remaja belum sempurna sehingga membuat mereka suka berdebat dengan siapapun termasuk orangtuanya.

Kondisi ini, tambah dia, tak perlu terlalu dikhawatirkan oleh orangtua. Lizie justru mengimbau agar orangtua memiliki wawasan yang luas untuk memberi penjelasan pada anak secara logis.

"Orangtua jangan mau kalah, harus tahu bahasa yang remaja gunakan. Tapi jangan gunakan gaya bahasa yang otoriter, berargumen-lah seperti teman, tapi ada batasan yang perlu dijaga," tambah dia.

2. Labil
Ciri kedua ini kerap pula disebut ababil atau ABG labil. Lizie menyebut bahwa masa remaja yang merupakan peralihan membuat anak sibuk mencari informasi dari berbagai sumber, namun karena psikologis dan kognitif yang belum matang, para remaja kerap bimbang dengan keputusannya.

"Kemarin bilang mau jadi Chef, eh besoknya ganti cita-cita lagi. Sebenarnya ini normal karena remaja itu masanya mencari. Namun orangtua harus hati-hati karena mereka rentan didekati dengan orang yang tidak benar dan bisa mempengaruhi ke arah negatif," tambah Lizie.

3. Memikirkan penampilan
Memasuki masa remaja, anak laki-laki maupun perempuan mulai memperhatikan penampilannya. Mereka merasa bahwa orang lain memperhatikan perubahan apapun pada penampilannya meski kenyataannya tidak.

Hal ini menurut Lizie dapat mengantarkan remaja pada tingkat depresi yang tinggi. Meski memiliki tubuh yang kurus, remaja perempuan merasa tubuhnya gemuk usai mengonsumsi makanan berlemak. Ketakutan akan komentar orang lain terhadap dirinya dapat membuat remaja stres hingga bunuh diri.

4. Nekat
Ketidakstabilan suasana hati yang dialami remaja, membuat mereka nekat melakukan hal-hal yang cenderung berbahaya bagi dirinya sendiri. Itu sebabnya, kata Lizie, tak sedikit anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan, pelecehan, dan bullying karena merasa tertantang untuk melakukan sesuatu yang tak biasa.

5. Menyukai hal-hal praktis
Remaja di era digital ini, kata Lizie, berbeda dengan remaja pada era belasan tahun lalu. Hal ini, lanjut dia, dipengaruhi perkembangan teknologi yang memudahkan hidup manusia.

Namun jika tak bijak dalam menerima perkembangan teknologi. Hal ini mengubah pola pikir dan perilaku remaja yang mengarah pada hal yang praktis.

"Orangtua saja inginnya praktis kan, transaksi sekarang apa-apa via online. Remaja juga begitu. Apalagi semuanya sekarang bisa diperoleh via gadget. Disinilah orangtua harus mengawasi agar remaja tidak kelewat batas dalam menggunakan teknologi," pungkas Lizie.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI