Keren, Kumpulan Penyandang Tunanetra Ini Dirikan Koperasi

Selasa, 29 November 2016 | 17:10 WIB
Keren, Kumpulan Penyandang Tunanetra Ini Dirikan Koperasi
Koperasi Masyarakat Tunanetra (Komastra) mendapat bantuan operasional dari program Allianz EMPOWERED (Economic Empowerment for Entrepreneur with Disability) di Jakarta, Selasa (29/11/2016). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyandang tunanetra seringkali dianggap sebelah mata. Memiliki keterbatasan dalam melihat, membuat mereka terpinggirkan dan mendapat diskriminasi dalam berbagai hal. Salah satunya dalam mengembangkan potensi berwirausaha.

Tak banyak bank yang mau meminjamkan dana kepada para tunanetra, karena dikhawatirkan tak dapat mengembalikannya.

Hal ini pula yang dirasakan penyandang tunanetra bernama Suparwi. Ia dan rekan tunanetra lainnya tak mau tinggal diam akan diskriminasi yang dialamatkan kepada mereka.

Hingga akhirnya ia dan penyandang tunanetra lainnya mendirikan Koperasi Masyarakat Tunanetra (Komastra) yang berbadan hukum, dengan harapan dapat lebih mudah mengakses pinjaman dana sebagai modal usaha agar dapat hidup mandiri.

"Jangankan meminjam uang, mau nabung di bank saja kami sangat sulit. Untuk itu kami buat lembaga ini agat lebih mudah dapat dana untuk modal usaha. Sejauh ini kita sudah berhasil audensi ke Kemensos dan beberapa teman kita yang punya usaha dapat modal dana walau sifat bantuannya masih individu," ujar Suparwi saat ditemui dalam temu media 'Allianz Virtual Run' di Jakarta, Selasa (29/11/2016).

Koperasi yang didirikannya sejak 2015 ini juga berhasil mendapat bantuan operasional dari program Allianz EMPOWERED (Economic Empowerment for Entrepreneur with Disability). Tak hanya itu, anggota koperasi masyarakat tunanetra ini juga mendapat edukasi seputar wirausaha sehingga bisa lebih mandiri dalam menjalankam usahanya.

"Kami diajari bagaimana menjalankan usaha, produk apa yang bisa kami jual, lalu bagaimana mengelola uang. Sehingga kita bisa lebih mandiri," tambahnya.

Di daerah Jabodetabek, kata Suparwi, ada sekitar 150-an penyandang tunanetra yang menjadi anggota koperasi. Di antara mereka ada yang berwirausaha membuka panti pijat, usaha bordir hingga membuka warung kelontong.

"Akses pendidikan formal untuk penyandang tunanetra dulu sangat sulit. Kita hanya diberikan pendidikan tukang pijat sehingga nggak heran kalau banyak penyandang tunanetra yang jadi tukang pijat. Ya sekarang lebih baik sih, ada sekolah inklusi untuk kaum difabel seperti kami," tambah dia.

Mewakili komunitas penyandang tunanetra, Suparwi berharap agar pemerintah lebih memperhatikan lagi keberadaan kaum tunanetra. Ia melihat bahwa program-program pemerintah untuk kaum difabel masih sebatas wacana. Seperti program bantuan bagi masyarakat miskin yang tak menyentuh kaum difabel.

"Padahal kaum difabel sebagian besar miskin tapi tidak tersentuh. Ada, tapi sebagian besar nggak dapat bantuan. Harapannya kami bisa lebih diperhatikan lagi terutama untuk bantuan dana untuk modal usaha dan pendampingan usaha," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI