Suara.com - Budi Soehardi, mendengar namanya saja mungkin terasa asing di telinga kita, namun jika Anda berkunjung ke daerah Penfei Timur di Kupang, Nusa Tenggara Timur, jangan kaget jika masyarakat setempat menyebut Budi sebagai malaikat.
Ya, lelaki yang menyudahi profesinya sebagai pilot maskapai penerbangan Singapore Airlines pada 2015 ini memilih mendedikasikan hidupnya untuk mengurus anak-anak asuhnya di panti asuhan yang diberi nama 'Roslin'.
Ketertarikannya mendirikan panti asuhan Roslin bermula ketika Kapten Budi menyaksikan tayangan televisi tentang situasi Timor-Timur pasca jajak pendapat 1999. Tayangan tersebut menunjukkan kondisi para pengungsi yang menyedihkan.
Mereka tinggal di rumah yang terbuat dari kardus dan kekurangan makanan. Budi yang saat itu berdomisili di Singapura lantas mengajak istri dan anak-anaknya untuk hijrah ke Penfei Timur pada 2000 dan mendirikan panti asuhan untuk merawat bayi-bayi terlantar.
Ia dan sang istri berniat membesarkan dan menyekolahkan bayi-bayi tersebut untuk mendapat pendidikan dan kebutuhan gizi terbaik.
Biaya yang ia kucurkan untuk membesarkan anak asuh korban konflik tersebut berasal dari kocek pribadi Budi. Beruntung teman-temannya turut mengulurkan bantuan untuk meringankan beban Budi dan keluarga.
Tantangan yang diterima Budi saat pindah ke Kupang dimulai ketika ia mendapati bahwa tanah di daerah setempat sangat gersang dan tandus. Hal ini pula yang menyebabkan anak-anak di daerah tersebut dilanda kekurangan gizi.
Tak mau menyerah begitu saja, Budi pun mencoba berbagai macam teknik bercocok tanam agar bisa menghasilkan berbagai macam tanaman sebagai sumber pangan. Hingga akhirnya ia membuktikan bahwa tanah yang kering kerontang layaknya batu bisa ditanami berbagai sayur mayur dan buah-buahan.
"Selama 16 tahun tinggal di sana, kami bisa buktikan bahwa kami bisa bercocok tanam di atas batu walau untuk menanamnya kita buat media sendiri," ujar Budi yang menerima penghargaan sebagai Inspirational Health Promotor dari Brand's Health Award 2016 di Jakarta, Selasa (15/11/2016).
Lewat tanah seluas satu hektar yang ditanami tanaman sumber pangan, Budi bisa mencukupi kebutuhan makanan 150 anak asuhnya tiga kali sehari. Hebatnya lagi tanaman yang dihasilkannya adalah tanaman organik yang bebas penggunaan pestisida.
"Saya berusaha untuk memberikan gizi terbaik bagi mereka," ungkapnya.
Kini Budi sedang menyiapkan lahan seluas 53 hektar untuk membuat desa organik dan mendirikan asrama bagi 1000 anak asuh. Anak asuh tersebut nantinya akan disekolahkan, dan diharapkan setelah lulus dapat berkontribusi membangun desa organik melalui pengetahuan yang dimilikinya.
Meski demikian Budi mengakui bahwa keterlibatan pemerintah dalam menjangkau daerah terpencil di Timur Indonesia masih sangat minim. Ia pun tak bisa berharap banyak bantuan dari pemerintah dalam mendukung upayanya mengentaskan masalah kekurangan gizi di daerah tersebut.
"Kami berusaha untuk swasembada, yang kami lakukan disini adalah merubah pandangan masyarakat akan panti asuhan. Kami membuktikan bahwa dengan pemenuhan pendidikan dan professional skill, anak panti asuhan juga bisa bersaing. Anak asuh kami ada yang lulus menjadi dokter, insinyur," tambah dia.
Atas upaya tulusnya di bidang kemanusiaan, Budi dianugerahi penghargaan 'The Real Heroes' dari CNN, media nasional Amerika Serikat pada 2009. Budi menjadi satu-satunya warga Indonesia yang menerima penghargaan bergengsi tersebut. Sebuah capaian yang sangat mulia, membanggakan dan patut diacungi jempol.
Inspiratif, Seorang Pilot Asuh Anak-anak Terlantar di Kupang
Rabu, 16 November 2016 | 09:38 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans
22 November 2024 | 20:15 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 22:00 WIB
Lifestyle | 21:07 WIB
Lifestyle | 20:46 WIB
Lifestyle | 19:52 WIB