Suara.com - Bermain, siapa yang tak meyukai kegiatan satu ini. Selain menyenangkan, bermain juga bisa meningkatkan interaksi, menjaga anak agar terus bergerak sehingga menjadi lebih sehat, hingga mengasah kreativitas dalam diri mereka.
Tapi, tunggu dulu, manfaat bermain mungkin hanya bisa dirasakan melalui berbagai permainan tradisional yang populer belasan tahun lalu. Saat ini, nampaknya hal tersebut semakin sulit ditemui, karena anak-anak, ternyata lebih antusias dan sibuk sendiri dengan permainan di gawainya masing-masing.
Inilah sebabnya, berbagai permainan tradisional seperti gasing, enggrang, bakiak, congklak, gerobak sodor dan masih banyak lagi, perlahan-lahan menghilang dari dunia bermain anak-anak.
Melihat hal memprihatinkan ini, beberapa anak muda berinisiatif membuat sebuah komunitas yang dinamakan Kampoeng Hompimpa. Tujuannya adalah untuk memberikan edukasi dan mengenalkan berbagai macam permainan tradisional pada anak-anak usia sekolah dasar.
"Awalnya kami mengadakan sebuah wawancara pada anak-anak di daerah Tangerang. Hasilnya ternyata mereka interaksi sosialnya sangat kurang. Banyak yang kurang interaktif sama teman-temannya, karena lebih terlena dengan permainan modern," kata Muhammad Miftah, salah seorang pendiri Kampoeng Hompimpa.
Lebih parahnya, melalui wawancara tersebut, lanjut Miftah, diketahui bahwa banyak anak-anak yang menghabiskan waktu di Warung Internet (warnet) untuk bermain permainan berbasis online, selama rata-rata 5 jam perharinya dengan pengeluaran sebesar Rp30 ribu.
Berdiri pada Juli 2015, setiap minggunya komunitas yang berbasis di kota Tangerang ini mengadakan kegiatan bermain bersama yang diberi nama ‘Dolanan Yuk’. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari Minggu mulai pukul 7 pagi di Car Free Day sekitar Summarecon Digital Center (SDC), Tangerang.
"Di sana kita bawa berbagai macam mainan seperti enggrang, bakiak, gangsing, lompat tali, dan lainnya. Kita ajak siapa saja yang lewat, yang lagi jogging untuk ikutan main. Di sana kan banyak keluarga, mereka antusias. Yang dewasa pada bernostalgia, sementara anak-anak bisa lebih mengenal permainan tradisional," jelasnya lebih lanjut.
Selain mengadakan ‘Dolanan Yuk’, mereka juga rutin mengunjungi sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) untuk mengedukasi dan mengenalkan beragam permainan tradisional tersebut. Biasanya, kegiatan diawali dengan penyampaian materi selama kurang lebih lima menit.
Materi yang disampaikan berkaitan dengan profil singkat Kampoeng Hompimpa, serta mengenalkan jenis-jenis permainan tradisional, cara bermainnya, juga nilai moral yang ada didalamnya. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik bermain.
Miftah mengatakan, sejauh kegiatan tersebut, anak-anak sangat antusias dan senang. Apalagi, mereka tak hanya diminta untuk memainkan permainan tersebut, namun juga membuatnya.
"Bedanya kan kalau mainan modern kita harus beli. Sementara permainan tradisional kita harus membuatnya dulu, jadi mereka punya kreatifitas. Kita juga mengenalkan permainan yang sifatnya olahraga supaya mereka bergerak, agar lebih sehat, dan yang paling penting interaksi mereka," ungkap dia.
Ia mengatakan bahwa Kampoeng Hompimpa juga membebaskan siapapun untuk mengunjungi Basecamp mereka yang terletak di Jalan Curug Sangereng RT 02, RW 05, Kelapa Dua, Tangerang untuk bisa bermain permainan tradisional sepuasnya.
Untuk kamu yang merasa peduli dengan permainan tradisional, kamu bisa turut bergabung dan melakukan aksi nyata bersama Kampoeng Hompimpa yang saat ini sudah memiliki relawan mencapai 40 orang. Caranya, hanya tinggal masuk ke dalam group Facebook Kampoeng Hompimpa dan mengikuti setiap kegiatannya.
Yuk, lestarikan permainan tradisional dan rasakan serunya bermain di luar ruangan bersama teman!