Rodra mengatakan, bajwa ragam keunikan interior di Mbah Jingkrak, sudah menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki restorannya. Karena pada masa sekarang, pengunjung yang datang ke restoran, tak hanya sekedar menyantap makanannya lalu pulang.
Melainkan berfoto, menyantap makanan, dan berbincang. Inilah mengapa, cahaya lampu di Mbah Jingkrak terasa lebih lembut dan temaram, agar pengunjung yang datang merasa nyaman dan betah berlama-lama di restoran ini.
Rodra menjelaskan, nama 'Mbah Jingkrak' yang berasal dari dua kata, sebenarnya menggambarkan bahwa restoran ini adalah restoran khas Jawa yang mengusung menu-menu pedas. Di mana 'mbah' yang berarti nenek dan 'jingkrak' yang menjelaskan bahwa pedasnya makanan di sini, bisa sampai membuat orang berjingkrak-jingkrak.
Puas menikmati dan berfoto di tengah dekorasi, pesanan yang sudah sebelumnya saya pilih pun datang. Kali ini, saya memesan hidangan favorit di Mbah Jingkrak yang patut dicoba, yakni Ayam Rambut Setan, Sambal Iblis dan Oseng Daun Pepaya, yang akan saya santap dengan Nasi Bakar hangat.
Ayam rambut setan adalah sajian ayam yang ungkep bersama rempah dan cabai, dengan rasa yang gurih, sedikit manis, dan super pedas tentunya. Meski terbilang cukup 'membakar' lidah, namun makanan ini masih bisa dinikmati dan terasa kaya bumbu. Apalagi tekstur ayamnya yang begitu lembut, sangat nikmat dipadukan dengan nasi bakar hangat.
Sedangkan Sambal Iblis yang terbuat dari sambal dengan potongan tempe memiliki cita rasa pedas yang gurih. Sambal ini sangat cocok saat saya padukan dengan oseng pepaya. Meski banjir keringat karena cita rasa pedasnya, hidangan ini pasti akan membuat siapapun ketagihan.
"Setiap hari kami bisa menghabiskan puluhan kilo cabai karena memang di Mbah Jingkrak 70 persen menunya bercita rasa pedas," tambahnya.