Suara.com - Ada pemandangan tak biasa di Kepulauan Riau. Ratusan yacht bersandar di perairan ini, sehingga terkesan sedang berada di Monako, negeri para yachters.
Kalau Anda sudah sampai ke Kepri, Anda akan menyaksikan 58 yachts, perahu pesiar yang kebanyakan berwarna putih terparkir di sana. Betul sekali, para yachters itu sedang mengikuti Wonderful Indonesia Sailling (WIS), yang merupakan bagian dari Festival Bahari Kepri (FBK), yang sudah dimulai 27 Oktober 2016.
Festival berbasis sea zone itu menjadi penanda bangkitnya bahari Indonesia, yang dimulai dari Kepri.
"Hari ini, berbagai jenis yacht sudah masuk ke Kepri, Tanjungpinang khususnya. Pemandangan seperti inilah yang kita impikan di Tanjungpinang sejak dulu," ujar Ketua Harian Festival Bahari Kepri, Guntur Sakti, menjawab pertanyaan media di sela melihat persiapan kegiatan di Gedung Gonggong, Tanjungpinang, beberapa waktu lalu.
Hadirnya puluhan yacht ini sebenarnya diinginkan Presiden Joko Widodo, saat Sail Tomini 2015 di Palu, Sulawesi Tengah. Kehadiran para yachters diyakini akan memberi dampak ekonomi yang signifikan, karena menghidupkan bisnis berbasis pariwisata pada masyarakat sekitar.
"Pada puncak acara, Sabtu 29 Oktober, akan ada ratusan sailors yang datang. Kami bangga, karena wisata bahari kami benar-benar hidup," jelas Guntur, yang juga Kepala Dinas Pariwisata Pemprov Kepri itu.
Menurutnya, pada H-2, sebanyak 58 yacht sudah masuk ke Kepri. Sebanyak 20 yacht masuk melalui Nongsa Poin Marina (NPM), Batam, kemudian melalui Bandar Bentan Telani (BBT), Bintan sebanyak 8 yacht, sementara dari gate way nasional 12 yacht.
"Di luar dugaan kami, pada H-2, para yachter dunia sudah berdatangan ke Kepri. Jika ini sukses, maka Kepri akan semakin dikenal komunitas pencinta bahari," papar Guntur.
Ia menambahkan, para yachters yang sudah tiba di Tanjungpinang disuguhkan Sound from Motherland of Malay di halaman Gedung Daerah, Tanjungpinang. Di acara puncak FBK, sekitar 100 yacht diprediksi akan menyerbu Kepri.
Penyelenggaraan FBK, secara tidak langsung melambungkan nama Tanjungpinang, walaupun belum punya marina. Pihaknya menyebut, persiapan selanjutnya yang harus dibenahi adalah membangun marina di Tanjungpinang.
"Kita harus mulai mempersiapkan diri, khususnya di Tanjungpinang. Apabila dirancang elegan, Tanjungpinang bisa menjadi water front city di Kepri," jelas Guntur.
Berbicara soal wisata bahari Kepri, tentunya menyangkut tiga poin penting, yaitu coastal zone (pantai), sea zone (laut), dan under water zone (bawah laut). Lewat FBK, Provinsi Kepri ingin memperkenalkan wisata-wisata bahari tersebut, agar mampu menjadi gerbang wisata bahari Indonesia.
"FBK hanya pendahuluan untuk memperkenalkan wisata bahari Kepri. Ambisi kami adalah menjadikan Kepri sebagai gerbang wisata bahari Indonesia. Artinya, ada pekerjaan berat yang harus kami lakukan setelah ini," jelas Guntur.
Berbagai kegiatan yang dikemas lewat FBK dinilai Guntur memberikan beberapa nilai, seperti edukasi, rekreasi, dan nasionalisme. Nilai edukasinya, anak-anak diajarkan untuk mencintai seni budaya bangsa melalui pawai budaya. Masyarakat juga mendapatkan tontonan, sekaligus edukasi tentang wisata bahari dengan kedatangan yacht tersebut.
"Masyarakat juga bisa melihat kehebatan para prajurit TNI saat terjun payung, sehingga rasa nasionalismenya muncul di sanubari," tutup Guntur.
Kegiatan ini rencananya akan dihadiri Menteri Pariwisata, Arief Yahya, hari ini, 29 Oktober 2016.
Seperti di Monako, Sejumlah "Yacht" Parkir di Tanjungpinang
Fabiola Febrinastri Suara.Com
Sabtu, 29 Oktober 2016 | 13:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
REKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 21:18 WIB
Lifestyle | 20:37 WIB
Lifestyle | 20:33 WIB
Lifestyle | 19:53 WIB
Lifestyle | 19:24 WIB