Menpar Ingin Abadikan Karya Pemenang Aristektur Nusantara

Jum'at, 28 Oktober 2016 | 13:00 WIB
Menpar Ingin Abadikan Karya Pemenang Aristektur Nusantara
Ilustrasi homestay di sebuah pantai di Lombok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para pemenang Sayembara Arsitektur Nusantara 2016 untuk homestay atau rumah wisata sudah diumumkan, Selasa 25 Oktober 2016, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata. Namun perbincangan soal karya seni bangunan khas 10 destinasi prioritas itu masih hangat dijadikan tema.

“Terima kasih atas partisipasi semua peserta, luar biasa antusias dan cukup membanggakan,” sebut menpar, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Arief menyatakan setuju dengan pernyataan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, bahwa semangat para arsitek yang mengikuti lomba bukan semata-mata mengejar finansial, tapi mencari reputasi terbaik, meningkatkan portofolio, meninggalkan jejak, dan membangun sejarah.

“Saya ingin karya-karya mereka diabadikan dalam desain arsitektur Nusantara di 10 top destinasi yang akan dibangun homestay,” tambahnya.

Karya-karya ini diharapkan tidak hanya mandek pada sayembara yang berhadiah total Rp 1 miliar tersebut, tapi diimplementasikan pada destinasi-destinasi wisata. Adapun hadiah total dibagikan kepada juara I sebesar Rp 50 juta, juara II Rp 30 juta, dan juara III Rp 20 juta.

“Ini akan membuat mereka semakin bangga dengan karyanya, yang justru menjadi daya tarik atau atraksi wisata tersendiri,” jelasnya.

Arsitektur yang Dilombakan Dinilai Artistik
Ketua Dewan Juri Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016 ini, Yori Antar menjelaskan, selama ini arsitektur Nusantara dikesankan sebagai model bangunan kuno yang layak masuk museum. Tetapi karya yang dibuat para peserta sayembara ini kelihatan artistik dan tidak terkesan tua.

“Itu semua nantinya tidak dimiliki oleh investor real estate, melainkan dipunyai oleh masyarakat sebagai homestay,” kata Yori, yang dibenarkan oleh anggota tim juri, Bambang Eryudhawan, Dharmali Kusumadi, Eko Alvares, Endy Subijono, Hari Sungkari, dan Herry Purnomo.

Ia menambahkan, di Sumba ada resort Nihi Watu, yang dinobatkan sebagai resort terbaik di dunia dan terkenal. Desainnya sangat lokal, serta menggunakan arsitektur Nusantara.

“Sama dengan Wae Rebo di atas perbukitan di Flores, yang untuk menggapainya harus berjalan kaki. Dulu setahun hanya dikunjungi 50 wisatawan, sekarang 30 ribu orang. Konsepnya adalah rumah adat asli arsitektur Nusantara,” kata Yori.

Sementara itu, Jaya Suprana, pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) punya sudut pandang sendiri terhadap sayembara ini. Pemain piano, seniman, dan kelirumonolog yang memiliki perusahaan Jamu Jago Semarang itu menyatakan salut dengan kegiatan ini.

“Saya bertanya di sini, pernah lihat atau dengar nggak, ada sayembara desain arsitektur dengan peserta 728 desain dan bagus-bagus semua?” tanyanya di hadapan pengunjung.

Pertanyaan tersebut tak dijawab. Mungkin memang tidak ada yang berani memastikan, pernah ada atau tidak. Tidak ada yang pernah mendengar, ada sayembara beregu yang membutuhkan diskusi panjang, mengupas filosofi rumah adat, dan mengkombinasinya dalam bentuk kesatuan desain yang bisa diterapkan dengan penuh estetika.

“Oke, kalau tidak ada yang tahu, maka saya putuskan sayembara ini mendapatkan rekor Muri, Museum Rekor Dunia Indonesia! Kalau pun pernah ada di dunia, pasti tidak ada yang pakai nama arsitektur Nusantara! Jadi saya pastikan lagi,” sebut Jaya yang disambut tepuk tangan penonton.  

Seperti diberitakan sebelumnya, Kemenpar sedang gencar membangun destinasi wisata dengan ditetapkannya 10 Bali baru, yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo-Flores, Wakatobi dan Morotai.

Homestay merupakan solusi cepat dan tepat untuk membangun amenitas (fasilitas pendukung), karena membangun hotel besar dengan 1.000 kamar membutuhkan waktu tiga tahun.

Kemenpar bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta PT BTN (persero) Tbk bakal mensinergikan program pembangunan 100.000 homestay dan 50.000 toilet publik di destinasi pariwisata pilihan. Program ini akan dimulai pada 2017, sesuai dengan desain arsitektur Nusantara yang dihasilkan para arsitek ini.

Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016 sendiri digelar oleh Tim Percepatan 10 Top Destinasi yang dipimpin Hiramsyah Sambudhy Taib. Kegiatan ini dinilai sebagai cara cepat untuk mendapatkan desain terbaik.

Inilah Nama-nama Para Pemenang:
1. Danau Toba: Tim PT Realline Studio, Ketua Tim, Deni Wahyu Setiawan, dengan judul “Jabu Na Ture”.

2. Tanjung Kelayang: Tim Alvasara, Ketua Tim, Gigih Nalendra, dengan judul “Thin House”.

3. Tanjung Lesung: Tim Arsitek, Ketua Tim, Edwin Adinata, dengan judul “New Gateway to Adventure In The West Eage of Java”.

4. Kepulauan Seribu: Tim PT Urbane Indonesia, Ketua Tim, Aditya Wiratama, dengan judul “Titik Temu” .

5. Borobudur: PT Urbane Indonesia, Ketua Tim,  Aditya Wiratama, dengan judul “Gnomon Urip”.

6. Bromo Tengger Semeru: Tim PT Grahaciota, Ketua Tim , Verena Rafaela, dengan judul “Dusun Guyub Bromo”.

7. Mandalika: Universitas Mercu Buana, Ketua Tim, Wendi Isnandar, dengan judul “Rumah Separo Mandalika”.

8. Labuan Bajo: Tim Blur Architec and Design Studio,  Ketua Tim,  Rizki Bhaskara,  dengan judul “Naung Kampung Papagaran”.

9. Wakatobi: Tim PT Airmas Asri, Ketua Tim,  Kalvin Widjaja,  dengan judul “Roma Boe”.

10. Morotai: PT Studio Tanpa Batas,  Ketua Tim, Wijaya Suryanegara Yapeter,  dengan judul “Rumahku a Home to Stay”.

REKOMENDASI

TERKINI