Suara.com - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Banten, bakal menggelar Pesona Bahari Tanjung Lesung, pada 18-20 November 2016. Pastikan Anda berkunjung ke ujung barat Pulau Jawa yang bisa ditempuh dari Jakarta melalui tol menuju Serang, melewati Krakatau Steel menyusuri Anyer, Carita.
Inilah salah satu10 Bali baru yang sedang dikembangkan Kementerian Pariwisata, di bawah kepemimpinan Menteri Pariwisata, Arief Yahya itu.
”Ini merupakan kegiatan pariwisata Indonesia, yang merupakan kolaborasi kegiatan Pemprov Banten dan Pemkab Pandeglang, dengan bingkai edukasi entertainment bahari. Silakan datang ke acara kami, ada banyak hal unik yang ditawarkan di destinasi Tanjung Lesung ini,” ujar panitia pelaksana, Basith Joma, Banten, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut laki-laki yang biasa disapa Ki Sunda itu mengatakan, acara ini terdiri dari banyak rangkaian acara, seperti photography contest , jukung modern dan joy sailing, peluncuran batik Cikadu dan Wonderful Banten, seminar SDM pariwisata, kemah wisata pramuka dan Festival Bebegig, festival kuliner dan kerajinan tangan.
”Ada juga business forum, dengan target pengunjung tamu lokal dan mancanegara. Kami sangat berharap dampaknya bisa menumbuhkan investor di Tanjung Lesung,” beber laki-laki asli Banten itu.
Ia menambahkan, Festival Tanjung Lesung akan menampilkan lomba perahu jukung, jukung hias, dan lomba tarik tambang antar jukung. Sejumlah perahu layar yang tergabung dalam Sail Regata juga akan memeriahkan acara.
Kegiatan ini diprediksi tak hanya terjadi di Tanjung Lesung, tapi juga akan merembet ke Citereup (Panimbang), Cipanon (Panimbang), dan Cikadu (Tanjung Lesung).
“Pusatnya tetap dilaksanakan di Tanjung Lesung, agar wisatawan datang. Saat pembukaan akan kami suguhkan musik khas dan tarian daerah. Banten tidak kalah dengan daerah lain,” katanya.
Panitia Mengumpulkan Koleksi Lesung dari Seluruh Indonesia
Selain berbagai kegiatan bahari, imbuh Ki Sunda, dalam kegiatan ini akan dibuka Museum Lesung.
”Lesung adalah tempat menumbuk padi. Kami kumpulkan semuanya di sebuah museum, dan ini adalah yang pertama kalinya di dunia. Silahkan bagi yang punya lesung, bisa dititipkan ke museum kami dan kami akan berikan sertifikat dari pemerintah atas kepemilikan lesung itu,” ujarnya.
Filosofinya menarik. Menurut Ki Sunda, zaman dulu, jika masyarakat sedang menumbuk padi dengan lesung, maka para tetangga akan berdatangan dan langsung bersilaturahmi menyambangi satu sama lain.