Wonderful Indonesia Raih "Best Destination Marketing"

Madinah Suara.Com
Selasa, 18 Oktober 2016 | 16:01 WIB
Wonderful Indonesia Raih "Best Destination Marketing"
LogoWonderful Indonesia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satu lagi reputasi internasional ditorehkan oleh tim Menteri Pariwisata Arief Yahya. Travel Weekly Asia memberikan penghargaan kepada Wonderful Indonesia sebagai “The Best Destination Marketing 2016”. Penghargaan diumumkan dalam Honorarium the Best in the Travel Industry, di lantai 35 Mandarin Orchard, Singapura, Senin, 17 Oktober 2016. 

Travel Weekly merupakan surat kabar nasional pertama yang terbit di Amerika Serikat pada 1958 dan menjadi panduan bagi industri pariwisata. Travel Weekly kemudian dikembangkan ke Asia dengan nama Travel Weekly Asia dan didistribusikan ke Cina dengan label Travel Weekly China.

Kini media tersebut juga berkembang di Amerika Utara.

Media independen ini dinilai sudah memiliki reputasi panjang dalam sektor wisata dan sudah hadir di Asia Pasifik selama 14 tahun.

Penghargaan itu diserahkan langsung oleh President Travel Group Northstar, Robert G Sullivan kepada Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN, Rizki Handayani Mustafa. Ia mewakili menpar, karena tengah melakukan rapat koordinasi dengan Komisi X DPR.

“Terima kasih Travel Weekly Asia. Selamat Pak Menpar Arief Yahya. Ini reputasi yang sangat mengharukan. Wonderful Indonesia semakin banyak diapresiasi oleh industri pariwisata di mana-mana. Mereka melihat cara kita memasarkan destinasi wisata dan kita adalah juaranya,” ujar Rizki di Singapura, beberapa waktu lalu.

Indonesia Melakukan Berbagai Strategi Marketing yang Gencar

Strategi promosi dengan Branding-Advertising-Selling (BAS), yang gencar dilakukan di seluruh dunia selama 2015 hingga medio 2016, dinilai membuat pamor Wonderful Indonesia naik kelas.

Selain itu, berdasarkan catatan World Economic Forum (WEF), Travel and Tourism Competitiveness Index, Wonderful Indonesia pun naik. Indonesia berangkat dari posisi not available (NA) atau tidak ada dalam daftar 144 negara, namun dapat melompat ke peringkat 47 besar dunia. Ini tidak mungkin terjadi, jika tidak direncanakan dengan baik.

Kedua, Indonesia memasarkan destinasi-destinasi yang sudah siap dengan 3A-nya, yaitu atraksi, akses dan amenitas. Tahun pertama, 3 Greaters, Bali, Jakarta dan Kepri (Batam-Bintan) diperkenalkan pada dunia.

“Sebanyak 90 persen wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui tiga pintu itu. Ketiganya memang paling siap dengan 3A-nya,” sebut menpar beberapa waktu lalu.

Setelah 3 Greaters melambung, branding Wonderful Indonesia menanjak terus. Kemudian menpar, yang mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu meluncurkan 10 Bali Baru sebagai top destinasi baru, dalam upaya menghadirkan 20 juta kunjungan wisman pada 2019.

Menpar menghitung kebutuhan wisata dari 20 juta kunjungan tersebut. Jika jumlah wisman yang diharapkan datang sebanyak itu, maka Kemenpar dapat menghitung amenitas yang dibutuhkan.

Kemudian dengan perhitungan cermat, akan didapat berapa jumlah kamar hotel yang dibutuhkan, berapa jumlah convention center, restoran, café dan lokasi meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).

Kemenpar juga memperhitungkan akses yang harus disediakan sehubungan dengan kapasitas maskapai penerbangan, daya tampung bandara, dan panjang serta lebar jalan yang dibutuhkan untuk mobilitas wisman.

Soal atraksi, apa yang harus dipersiapkan agar turis senang datang ke Indonesia, termasuk pengembangan destinasi baru, atraksi baru, akses baru dan amenitas baru.

“Saya selalu berawal dari akhir. Berpikir dari ujung. Berangkat dari proyeksi, lalu harus dengan cara apa merebut target itu,” jelas Arief.

Ketiga, deregulasi sektor pariwisata terus dikembangkan. Salah satunya adalah pencabutan cabotage untuk cruise, sehingga kapal pesiar dengan bendera asing boleh menaikturunkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan Indonesia.

Ada lima pelabuhan yang sudah membuka cabotage, yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Benoa, dan Makassar.

Deregulasi lain adalah pemberlakuan Clearance Approval for Indonesian Territory (CAIT), yang selama ini membuat yachts harus mengurus izin selama 3 minggu untuk bisa berlayar ke perairan Indonesia.

Saat ini CAIT sudah dicabut dan diganti dengan Clearance, Immigration, Quarantine and Port (CIQP). “Sekarang tinggal 3 jam saja, seperti Singapura, yang hanya cukup 1 jam kepengurusan,” tambah menpar. 

Bagaimana cara Kemenpar merebut target 20 juta kunjungan wisman?

Menpar yakin target itu bisa diraih. Pertama, dengan melakukan “Go Digital Be the Best” di semua aspek, mulai dari pemasaran sampai pada industri pariwisata.

More digital more personal, more digital more global, more digital more professional,” katanya.

Kedua, memperkuat akses penerbangan langsung ke Indonesia, ketiga, program pengadaan 100.000 homestay dengan arsitektur Nusantara, yang diharapkan bisa menjadi atraksi budaya yang khas sekaligus amenitas baru yang cepat dan murah.

Adapun jumlah kedatangan wisman pada 2014 adalah 9,3 juta orang, dan diharapkan menjadi 20 juta kunjungan pada 2019.

Pada 2015, pertumbuhan turis dunia hanya 4,4 persen saja, di ASEAN hanya naik 7,9 persen, Singapura 0,5 persen, dan Malaysia 7,3 persen. Indonesia sendiri, pada 2015, mencapai kenaikan sebanyak 10,3 persen.

REKOMENDASI

TERKINI