Suara.com - Kepolisian Republik Indonesia rupanya semakin “sadar pariwisata.” Tentu hal ini merupakan perkembangan positif di tubuh Polri, sekaligus angin segar bagi sektor pariwisata yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai core economy negeri.
Kebangkitan pariwisata Polri ditandai dengan langkah Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono yang menyatakan bakal mendukung penuh pengembangan kawasan Kota Lama Semarang.
"Sejumlah titik di kawasan Kota Lama Semarang akan berbenah. Kami mendukung dengan semua kekuatan yang kami miliki dan terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait," kata Condro, Semarang, beberapa waktu lalu.
Ia sudah menginstruksikan Kapolrestabes Semarang untuk menyiapkan personel polisi pariwisata.
"Saya minta Kapolrestabes untuk menyiapkan polisi dengan kemampuan Bahasa Inggris, harus menebar senyum, dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap wisatawan," katanya.
Hal ini dinilai akan mengubah performance polisi di Kota Lumpia itu, yaitu lebih ramah, lebih bersahabat, dan lebih terbuka kepada wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara.
Ia menambahkan, polisi wisata itu akan disesuaikan dengan kearifan lokal dan akan diterapkan di berbagai daerah. Polisi wisata di dataran tinggi Dieng, misanya, akan berpatroli menunggang kuda.
"Naik kuda pakai topi koboi, sekaligus bisa menambah atraksi wisata di sana," katanya.
Gebrakan Polri di Kota Lama Semarang ini seirama dengan saran Menpar Arief Yahya, yang mendorong hospitality dan keramahan masyarakat terhadap wisatawan. Di Eropa, benda budaya merupakan aset pariwisata yang mahal dan selalu ditonjolkan sebagai atraksi berkelas.
Kemenpar pun saat ini sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan restorasi Kota Lama Semarang sesuai dengan Perda No 8/2003 tentang RTBL Kawasan Kota Lama.
Sementara itu, Larasati Sedyaningsih, Penanggung Jawab Pokja Borobudur Kemenpar, mengatakan, tujuan pengembangan heritage adalah melindungi kekayaan historis dan budaya di Kota Lama, mengembangkan kawasan wisata sejarah, memanfaatkan ruang yang sesuai dengan tujuan konservasi dan revitalisasi kawasan historis budaya.
”Selain itu juga mengembangkan kesadaran dan peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat. Pengembangan Kota Lama memiliki visi 'Menuju Kota Warisan Dunia 2020'," ujarnya.
Semarang Akan Hidupkan Kawasan Bangunan Cagar Budaya
Saat ini telah dibentuk Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L), yang sebelumnya sudah menginventarisasi pemanfaatan gedung-gedung di kawasan Kota Lama untuk menghidupkan kawasan bangunan cagar budaya.
Ketua BPK2L Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan sudah menemukan beberapa pemilik gedung dan mereka telah menyampaikan rencananya untuk memanfaatkan asetnya di kawasan Kota Lama.
Sebanyak 53 pemilik gedung sudah teridentifikasi, dan kepada mereka, BPK2L telah menyampaikan rencana pengembangan aset untuk dijadikan hotel, galeri, lahan parkir, atau perkantoran.
Beberapa aset Semarang antara lain gedung milik perusahaan asuransi Llyod di Jalan Kepodang, Gedung Schmidt di Jalan Letjen Suprapto, dan gudang-gudang mesin tembakau di Jalan Merak.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menyatakan ingin semua pihak melakukan penataan Kota Lama dengan merestorasi bangunan tua, tanpa mengubah bentuk arsitektural bangunan.
Pemanfaatan gedung akan menjadikan wisata lebih hidup, sehingga diharapkan bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang diandalkan. Hendrar minta BPK2L Semarang untuk terus menggenjot kinerja, tak hanya mendata ulang dan pengembangan, tapi juga membuat kajian tentang kawasan.
Penataan pedagang kaki lima (PKL) dan membuat kajian lain tentang rencana penataan kota lama ke depan merupakan poin-poin yang diharapkan Hendrar. Lembaga ini juga diharapkan bisa memberi masukan kebijakan kepada pemerintah Kota Semarang.
”Kami ingin BPK2L ke depan lebih agresif melakukan komunikasi dengan pemerintah, pemilik bangunan, dan masyarakat,” kata Hendrar.
Menurutnya, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan review seluruh dokumen bangunan di kawasan Kota Lama untuk menyesuaikannya dengan rencana pembangunan kawasan peninggalan Belanda itu.
”Ada berapa gedung di Kota Lama? Berapa yang sudah direhabilitasi, berapa yang sudah di-make over dalam konteks revitalisasi? Berapa yang belum? Mana bangunan yang masih bagus, kondisi sedang, dan yang sudah rusak? Semuanya harus ada data dan kajian terbaru,” katanya.
Ia menambahkan, inventarisasi juga berkaitan dengan kepemilikan bangunan-bangunan kuno di Kota Lama untuk memudahkan rencana revitalisasi yang harus segera direalisasikan. Setelah inventarisasi dan review rampung, tim tinggal berbagi tugas mempromosikan kawasan itu dalam kancah nasional maupun internasional untuk menjaring wisatawan Nusantara maupun mancanegara.