Ini yang Bikin Produk Organik Jadi Mahal

Minggu, 16 Oktober 2016 | 12:28 WIB
Ini yang Bikin Produk Organik Jadi Mahal
Beragam produk organik ditawarkan di Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (16/10/2016). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Produk organik seperti sayuran, buah-buahan hingga kosmetik semakin menjamur belakangan ini. Kesadaran masyarakat akan hidup sehat yang semakin meningkat, menjadi salah satu alasannya.

Pasalnya, buah, sayur dan makanan organik tidak menggunakan bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida dalam penanamannya. Sehingga produk organik diyakini lebih sehat dari produk non-organik.

Nah, masalahnya, banyak masyarakat yang menganggap bahwa produk organik mahal sehingga hanya untuk kalangan menengah atas. Padahal menurut Ketua Komunitas Organik Indonesia (KOI) Christopher Emille Jayanata, produk organik terkesan mahal karena konsumen membelinya di supermarket.

"Orang bilang mahal karena belinya di supernarket. Padahal aslinya produk organik itu lebih murah dibandingkan non organik. Karena ongkos produksi kita lebih murah, pupuk bikin sendiri lewat kompos dan pestisida kita juga nggak pakai, obat-obatan lain kita nggak pakai," ujar lelaki yang akrab disapa Emille saat ditemui dalam Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (16/10/2016).

Selain ongkos produksi lebih rendah, jumlah produksi yang ditanam secara organik, menurutnya, lebih banyak dibandingkan dengan cara non organik. Emille mencontohkan, ketika padi ditanam secara konvensional pada tanah seluas 1 hektar, maka biasanya menghasilkan gabah kering hanya sekitar 4-5 ton.

"Beda halnya dengan cara organik, melalui proses system rice intensification (SRI), dalam 1 hektar bisa menghasilkan minimal 8 ton. Kalau dilakukan terus menerus bisa sampai 12 ton. Jadi kebayang kan, ongkos produksi lebih murah tapi hasil panen lebih banyak dua kali lipat," tambah dia.

Asumsi bahwa produk organik selalu mahal inilah, kata Emil, dimanfaatkan oleh pihak supermarket untuk menjualnya dengan harga di atas rata-rata. Hal ini untuk menimbulkan kepercayaan konsumen bahwa dirinya mendapatkan barang berkualitas.

"Supermarket itu maunya produk organik mahal. Itu juga karena didorong sama konsumen, organik harus mahal sehingga keterbodohan terjadi di situ. Nanti orang nggak percaya kalau beli organik murah," lanjut Emille.

Untuk itulah, kata dia, Komunitas Organik Indonesia (KOI) menggelar pameran Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo setiap tahun, demi menjembatani konsumen bertemu langsung dengan para produsen produk organik. Dalam gelaran yang sudah berlangsung sejak Jumat (14/10/2016), ada 170 produsen produk organik yang turut berpartisipasi.

"Untuk mengedukasi bahwa produk organik nggak mahal dan lebih menyehatkan, kami adakan acara inim kita dekatkan langsung konsumen dan produsen. Ada juga bazar yang kita lakukan setiap minggunya dan antusiasme masyarakat selalu bagus," pungkas Emille.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI