Siapa saja yang bisa bergabung di ITX?
Siapa saja, pelaku industri pariwisata yang sudah berbadan hukum, baik yang masih level kecil maupun yang sudah besar. Baik yang bergerak dalam akomodasi, akses, mapun atraksi, seperti merchandise, tour guide, dan apa saja yang hendak dipasarkan melalui platform ini. Baik yang sudah punya booking dan payment system, maupun yang belum.
"Kalau tidak segera bergabung, sayang banget," kata Samsriyono, yang mantan Dirut PT Lintas Arta, dengan produk teknologi ATM Bersama itu.
ITX akan terus berpromosi secara multi channel, sebagai sales platform untuk go digital, termasuk melalui sosial media (sosmed), seperti yang digambarkan oleh Don Kardono, Stafsus Menpar Bidang Media .
"Syarat pertama, website resmi yang dikelola Dispar Pemprov, Pemkot, dan Pemkab harus terkini, menjadi own media yang agresif menampilkan video, foto, dan teks terkait destinasi. Kedua, website wajib mencantumkan calendar of events selama setahun penuh, lengkap dengan kepastian hari, tanggal, dan bulannya," kata Don.
Dua hal itu dinilai penting, terutama bagi industri yang harus terus merancang desain paket-paket wisata baru. Ini juga menjawab persoalan yang disampaikan Rizki Handayani Mustafa, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Asia Tenggara Kemenpar, yang menyebut paket-paket yang dijual selama ini monoton dan kurang atraktif.
Dengan go digital, website akan melahirkan paket-paket baru, unik, menarik, dan bisa bersaing di level global. Semakin banyak paket yang diunggah ke medsos, lalu di-mention ke originasi terkait, maka program akan efektif.
"Inilah yang oleh menpar sering disebut dengan More Digital, More Personal," lanjut Don Kardono.
Digital Dinilai Bisa Mendorong Industri Makin Kreatif
Forum itu cukup membuka wawasan para pelaku industri pariwisata yang selama ini masih menggunakan cara-cara konvensional. Go digital juga dinilai mampu mendorong industri semakin kreatif membuat paket baru.