Suara.com - Kesuksesan seseorang bukan jatuh dari langit. Ada upaya dan perjuangan untuk meraihnya. Kecuali kita adalah anak penguasa ladang emas ratusan hektare.
Tapi jikapun kita berasal dari keluarga kaya raya, kesuksesan yang kita dapat sebagai warisan itu bisa juga lenyap seketika. Semuanya bergantung pada kesiapan kita untuk menjadi orang sukses.
Sukses di sini tentunya mengarah ke soal finansial. Tapi sisi lainnya dalam kehidupan gak lantas ditinggalkan begitu saja.
Akan lebih indah jika kesuksesan finansial itu diiringi dengan keberhasilan dalam hal lainnya. Misalnya dalam rumah tangga. Kan gak lucu, rumah kayak istana tapi keluarga berantakan.
Karena itulah kita mesti menyiapkan segalanya agar sukses lahir-batin. Mari kita lihat ke diri masing-masing, jangan-jangan 5 tanda kamu belum siap jadi orang sukses ini masih merongrong:
1.Berpikiran sempit
Pikiran yang terbuka alias open minded diperlukan untuk terus mengasah kemampuan diri. Dengan membuka diri ke hal-hal baru, kita pun bisa menemukan dan belajar hal baru. Pengetahuan ini bisa diolah sebagai bahan bakar kita untuk mengejar kesuksesan. Hal-hal ini antara lain saran, kritik, dan bahkan umpatan orang.
Namun tentu saja kita mesti menyaring semuanya. Yang positif kita olah, yang negatif dibuang ke tempat sampah.
Yang penting, kita terbuka menerima segala sesuatu menyangkut usaha/karier kita. Kalau berpikiran sempit, yang berada di pikiran ya itu-itu saja. Bisa-bisa kita kalah bersaing melawan mereka yang lebih terbuka.
2.Pasif
Orang pasif cenderung menunggu. Mana bisa menunggu kesuksesan? Kita mesti aktif untuk meraihnya. Mulailah dengan sering menunjukkan inisiatif.
Baik sebagai pengusaha maupun pegawai, inisiatif itu penting sekali. Tanpa inisiatif, aktivitas akan monoton dan ketinggalan zaman. Hal ini juga berhubungan dengan keberanian. Kita mesti berani berinisiatif. Orang yang sering malu-malu jangan harap bisa menikmati kesuksesan.
3.Gampang nyerah
Pengusaha yang sukses itu pantang menyerah. Meski dihadang apa pun, mesti dicari jalan keluar dari masalah tersebut. Bukan malah nyerah lalu kabur dari masalah.
Jika suatu saat datang masalah lalu nyerah, bisa saja saat itu cari celah lain. Tapi jika datang masalah lagi, kabur lagi ke hal lain terus seperti itu, wasalam. Itu sama saja memulai dari 0 terus-menerus.
Hadapi saja masalah itu. Jika gagal, kita malah bisa belajar dari sana. Dengan begitu, kita bisa mencegah mengulangi kesalahan dalam proses berikutnya.