Suara.com - Semangat calibration, confidence, and credibility (3C) terus digelorakan Menpar Arief Yahya untuk menjadi pemain global pariwisata. Semua lini dikonversi ke dalam standar global, agar siap bersaing dengan produk yang sama dari negara lain.
Setiap tahun, Kemenpar memilih dan mengusulkan destinasi wisata kepada The United Nations World Tourism Organization (UNWTO), lembaga PBB yang bergerak di sektor pariwisata dunia untuk dikalibrasi dan ditandingkan dalam kategori yang sama.
"Tahun lalu, tiga yang kami bawa ke UNWTO, sukses semua. Banyuwangi mewakili local government, Pemuteran (Bali) untuk lembaga swadaya masyarakat yang pro konservasi menghidupkan kembali terumbu karang, dan CSR Garuda Indonesia-Coca Cola, yang peduli pada kebersihan Pantai Kuta Bali. Semuanya juara!" sebut Arief, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dampaknya?
"Banyuwangi makin hebat mengelola daerahnya, dengan core business pariwisata. Banyuwangi semakin percaya diri dengan menempatkan pariwisata sebagai leading sector. Para investor pun melirik CEO (Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas) yang kredibel, sehingga arus investasi pun bergerak positif," kata mantan Dirut PT Telkom ini.
Begitu pun LSM Karang Lestari di Pemuteran, Bali Utara. Teknologi yang digunakan untuk percepatan pertumbuhan terumbu karang sudah dipakai di banyak tempat dan berhasil. Hal yang sama juga diberlakukan di Gili Trawangan, Lombok.
"Dengan mengalirkan arus kecil ke terumbu karang yang ditanam di bawah laut, pertumbuhannya bisa 5 kali lebih cepat," ucapnya.
UNWTO Awards 2016 merupakan penghargaan paling bergengsi di dunia dan memiliki sistem penjurian paling ketat. Tim juri melakukan penilaian dengan on line streaming, tidak langsung bertemu saat presentasi.
Arief membentuk tim pemenangan untuk berkalibrasi dengan standar dunia.
“Penyiapan materi untuk pemenangan UNWTO Awards sudah kami lakukan hingga deadline 30 September 2016. Target kami, juara di tiap kategori,” ujar Ni Wayan Giri Adnyani, Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, Jakarta, Senin (3/10/2016).
2015, Indonesia Menangi Beberapa Kategori
Pengalaman pada 2015 memang menjadi guru terbaik. Tahun ini dinilai jauh lebih siap dan lebih optimistis.
Pada tahun tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memenangkan UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance kategori Re-Inventing The Government in Tourism, sementara untuk UNWTO Award for Innovation in Enterprises kategori Treetop Walking Path, gelar runner up menjadi milik Garuda Indonesia dan Coca Cola, dengan aksi Bali Beach Clean Up.
Satu gelar runner up lainnya adalah UNWTO Award for Innovation in Non-Governmental Organizations dari kategori Sisterhood of Survivors (SOS) Programme, diberikan kepada Yayasan Karang Lestari, yang melakukan aksi coral reef reborn.
Pencapaian ini dinilai istimewa, mengingat sejak awal bergulirnya acara tersebut pada 2013, Indonesia tidak pernah sekalipun mendapat gelar juara.
“Kalau 2015 kita bisa juara, mengapa pada 2016 tidak bisa? Penghargaan ini akan menaikkan nilai Wonderful Indonesia. Kami pasti all out mempersiapkan segala sesuatunya dengan standar dunia,” tambah Giri.
Siapkan 19 Jagoan
Ada berapa banyak amunisi yang sudah disiapkan Kemenpar untuk memenangkan gelar juara dunia.
“Totalnya ada 19 materi. Semua sudah mendapat konfirmasi kelengkapan persyaratan oleh pihak UNWTO Awards melalui e-mail,” terang Giri.
Untuk Innovation in Public Policy & Governance, Kemenpar sudah menyiapkan tiga jagoan. Pertama, Pemda DKI dengan “New Jakarta Tourism”, kedua Batu, Malang dengan tema “New Hope for Batu, Malang”, dan ketiga, Bintan dengan tema “Bintan Breathtaking Journey”.
Pada Innovation in Enterprises, ada enam jagoan yang sudah disiapkan. Garuda Indonesia dengan program Wonderful Indonesia Travel Pass sudah dinyatakan layak untuk mendapatkan penilaian. Selain itu, ada juga Garuda Indonesia-Gift for Teacher, Nihiwatu Resort-Nihiwatu, Ijen Resort-Ijen Community Involvement Resort, Sully Resort-Sully Edu Resort, dan Taman Nusa-The Indonesian Cultural Park “See Indonesia in One Afternoon”.
Semuanya dinilai sangat layak untuk ditampilkan dalam ajang pemberian penghargaan kelas dunia tersebut.
Untuk Innovation in Non-Govermental Organization, ada lima jagoan yang sudah disiapkan.
Ada Gunung Nglanggeran, Yogyakarta-Nglangeran Edu Village for Tourism ada di urutan teratas, kemudian Desa Wisata Lekuk 5 Tumbi Lempur, Kerinci, Jambi, Lake Kaco-New Local Wisdom Ecotourism, Kelompok Nelayan Rumah Apung Desa Brangsing, Banyuwangi-Fisherman and the Act for Biodiversity Program, Travel Sparks-Travel with Cause, dan Yayasan Bali Global.
Semua kawasan itu siap adu ketangguhan dengan perwakilan dari 154 negara, 7 wilayah, dan lebih dari 400 anggota afiliasi yang mewakili sektor swasta, lembaga pemerintahan, dan otoritas pariwisata lokal.
Dalam kategori Innovation in Research & Technology, Kemenpar mengandalkan Yogya Kampung Cyber- Cyber City Village, Bali Go Live-Bali Official Video Channel, dan ITDC-ITDC Lagoon. Ketiganya diyakini sangat mumpuni bertarung dalam kategori inovasi riset dan teknologi.
Satu kategori lain yang ikut diincar adalah Ethic Awards. Di kategori ini Kemenpar mengandalkan Sol Beach House Benoa Bali-Your House on The Beach dan Griya Santrian-Griya Santrian.
Bagaimana kira-kira peluang Indonesia untuk menang?
“Kita berusaha! Kita berkompetisi dengan cara yang sehat dan fair. Pada semua kegiatan travel mart, festival, dan berbagai kompetisi yang digelar lembaga-lembaga terpercaya, seperti UNWTO, WTTC WEF, ASEANTA, PATA dan lainnya, kita sudah sering juara. Di UNWTO Award 2016, semua jagoan tadi kita dorong habis-habisan,” jelas Giri.
Dampak kemenangan international award biasanya sangat besar. Tengok saja, Lombok.
Pasca mendapat dua gelar juara dunia dalam Halal Tourism Award di Abu Dhabi pada 2015, pariwisata Lombok menjadi sangat bergairah. Hotel Sofyan Betawi, yang juga sukses merebut World Best Halal Hotel Award 2015 juga ikutan sumringah.
Atmosfer bisnis dan suasana industri perhotelan, restoran, biro perjalanan, dan usaha-usaha yang berbasis pada pariwisata mulai hidup.
“Ini juga bisa dijadikan tulang punggung untuk menggerakaan roda perekonomian dan menggaet jumlah wisman lebih banyak,” ujarnya.