Festival Bupolo Diharapkan Capai Target Transaksi Rp30,3 M

Yazir Farouk Suara.Com
Sabtu, 01 Oktober 2016 | 14:02 WIB
Festival Bupolo Diharapkan Capai Target Transaksi Rp30,3 M
Pulau Buru, Maluku [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata "Pulau Buru di Maluku"? Mungkin Anda mengingatnya sebagai pulau yang eksotis atau sebagai lokasi Danau Rana dan tempat pembuangan tahanan politik? Atau malah sama sekali tak tahu?

Bagi yang penasaran, silakan simak Festival Bupolo di Namlea, Kabupaten Buru, pada 8-12 Oktober 2016. Selama ini, kecantikan alam Maluku dan keindahan budayanya belum banyak diketahui.

"Budaya, kuliner, dan alamnya oke. Itu sebabnya, Kementerian Pariwisata ikut mempromosikan eksotisme wisata di Kabupaten Buru. Silakan datang dan simak Festival Bupolo di Namlea, Kabupaten Buru," kata Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara saat mewakili Menpar Arief Yahya mewisuda 603 lulusan STP Nusa Dua Bali, di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Pulau Buru menyimpan keindahan yang belum banyak tersentuh tangan manusia. Pulau seluas 8.473,2 kilometer persegi (km2) dengan garis pantai mencapai 427,2 kilometer (km) itu berkontur pebukitan dan pegunungan. Wisata alam, pantai, budaya, sejarah hingga kulinernya pun menggoda.

Pengunjung Bisa Saksikan Danau Terbesar di Maluku

Danau Rana, misalnya. Di kawasan ini, wisatawan bisa menyaksikan Suku Rana yang masih tinggal dalam kultur tradisionalnya. Letaknya tidak biasa.

Danau terbesar di Maluku itu berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sepanjang hari, danau tersebut nyaris selalu diselimuti kabut. Bila ingin berkeliling danau, masyarakat setempat siap mengantar Anda.

Anda juga bisa mengunjungi perkampungan warga yang mengelilingi danau, seperti Dusun Wamamboli, Kaktuan, Erdafa, Warujawa, Waimite, Wagrahi, dan Waireman dengan sambutan ramah masyarakat Buru. Di perkampungan-perkampungan itu, Anda bisa mencicipi umbi-umbian dengan ikan bakar dan Colo-colo khas Maluku.

Selain itu, masih ada Danau Namniwel. Danau ini sangat luas, dengan panorama alam yang dihiasi kumpulan burung Belibis di sekitarnya. Tempat ini cukup terkenal dan ramai dikunjungi pada akhir pekan. Masyarakatnya juga hidup secara tradisional.

Masih belum puas?

Cobalah datangani Air Terjun Waprea, yang menyuguhkan pemandangan indah dan menarik. Jangan lupa berkunjung ke Desa Jikumarasa, yang memiliki pantai dan danau, yang letaknya sekitar 17 km dari Namlea.

Laut dengan pasirnya yang putih merupakan tempat yang cocok untuk berenang. Danau air asinnya juga menyuguhkan pemandangan yang tak kalah indah.

Pantai Jikubesar juga tak boleh Anda lewati. Pantai berpasir putih ini terletak sekitar 3 km dari Namlea. Kawasan ini juga menjadi tempat yang cocok untuk berenang.

Di Desa Lala, Anda bisa menjumpai gua dan sumber mata air yang ditemukan tentara Australia pada Perang Dunia ke-2. Mereka mendirikan tembok dan membuat jalan untuk turun ke sumber mata air tersebut.

Sekarang, masyarakat menggunakan airnya untuk kebutuhan sehari-hari. Proses penyulingan minyak kayu putih pun dilakukan di sini. Pengunjung dapat melihat langsung proses penyulingan dan sekaligus dapat membeli hasil produksinya.

"Di Festival Bupolo 2016, semua bisa dinikmati. Budaya, alam, wisata sejarah, kuliner, ada semua," ujar Ukus.

Genjot Kunjungan Wisman

Lewat festival ini, Kemenpar ingin menggenjot jumlah kunjungan wisatawan ke Maluku, utamanya ke Kabupaten Buru. Hal ini juga sekaligus mendukung mendukung program Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dalam mewujudkan target tahun ini, 12 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 260 juta pergerakan wisatawan Nusantara di Tanah Air.

"Tahun ini, Provinsi Maluku menargetkan kunjungan 16.173 wisman dan 121.768 wisnus dengan total nilai transaksi ekonomi sebesar Rp 377,3 miliar. Sedangkan Kabupaten Buru menargetkan 570 wisman dan 21.230 wisnus dengan nilai transaksi ekonomi sebesar Rp 30,3 miliar," tambah Ukus.

Mendatangkan wisman dan wisnus dalam jumlah banyak memang bukan pekerjaan mudah. Menggaet devisa dalam jumlah besar pun bukan pekerjaan ringan, tapi Ukus tak patah semangat. Menurutnya, semua itu sangat mungkin dilakukan.

"Pertama soal PDB (Produk Domestik Bruto). Pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional dengan nominal tertinggi di ASEAN. Kedua, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen, dengan tren naik sampai 6,9 persen. Angka ini sudah jauh di atas industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan," ujar laki-laki kelahiran Cirebon itu.

Bagaimana posisi pariwisata sebagai penyumbang devisa?

Pariwisata juga menunjukkan performance yang memuaskan. Posisinya ada di peringkat 4 sebagai penyumbang devisa nasional, dengan pertumbuhan penerimaan yang mencapai 13 persen. Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan devisa dari minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit, yang pertumbuhannya negatif.

Sumbangsih pembukaan lapangan kerja dari sektor pariwisata juga tak sedikit. Saat ini, pariwisata menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan. Di tingkat nasional, prosentasenya mencapai 8,4 persen dan ada di urutan ke-4 dari seluruh sektor industri.

"Pariwisata juga tercatat sebagai pencipta lapangan kerja termurah, sebesar 5 ribu dolar per satu pekerjaan, sedangkan industri lain rata-rata 100 ribu dolar per satu pekerjaan," ujarnya.

Ambon-Banda Siap Jadi Destinasi Prioritas

Paparan Ukus tadi langsung memantik semangat Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua. Ia mengaku semakin percaya diri mengembangkan pariwisata di wilayahnya. Apalagi saat ini, Ambon-Banda sudah ditetapkan Kemenpar sebagai 10 destinasi prioritas wisata selam di Indonesia bersama dengan Bali, Lombok, Manado-Bunaken-Lembeh, Togean, Alor; Raja Ampat, dan Kepulauan Derawan.

"Potensi pariwisata ini gencar kita promosikan melalui festival, antara lain Festival Pattimura, Festival Ambon Manise, Festival 1000 Suling Bambu Ambon, Festival Teluk Ambon, dan Festival Pesona Bupolo," kata Zeth.

Khusus untuk Festival Pesona Bupolo, Zeth mengaku akan menyiapkan yang terbaik. Beragam acara menarik sudah disiapkan, seperti lomba Huhate in the Pool, Bupolo Expo, Underwater Photo Contest, Transpalantasi Terumbu Karang, Festival Papeda Kuah Ikan dan rujak, Karnaval dan Kirab Budaya Rakyat Nusantara, dan Festival Layang-Layang.

Kemudian ada juga Panggayung Manggurebe, Gerak Jalan Indah, Parade Tifan Damang Fafu atau Persembahan Tarian Sawat Kolosal, Makan Patita, Gosepa Sail on Kaiely Bay, yang ditutup pameran dan Malam Hiburan Rakyat.

"Kalau lapar, wisatawan bisa menyantap hidangan hasil laut terbaik di Teluk Bara. Ikan di sana sangat banyak dan sangat gampang diambil," ujarnya.

REKOMENDASI

TERKINI