Menpar Arief Yahya, yang juga menaruh perhatian pada ekoturisme, menyatakan, implementasi kriteria ini dinilai tidak mudah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Tetapi mantan Dirut PT Telkom ini sudah berkomitmen bahwa alam harus dijaga, dipertahankan, dan dilestarikan.
Di hampir semua destinasi yang menonjolkan nature, menpar selalu berpesan agar konservasi selalu dijaga. “Kalau ada potensi terumbu karang, jangan pernah dirusak, karena itu hanya akan menghancurkan masa depan Anda,” katanya.
Sebuah contoh sukses tentang ekoturisme, menurut menpar adalah Mandeh, Sumatera Barat (Sumbar), yang disebutnya sebagai Raja Ampat-nya Sumatera. Ketika warga Carocok, Pesisir Selatan, Sumbar, bermata pencaharian sebagai nelayan, maka mereka menangkap ikan.
“Satu hari mereka hanya mendapatkan penghasilan Rp 50 ribu. Sekarang, kawasan mereka berubah menjadi destinasi wisata, sehingga harus menjaga terumbu karang dan ikan di dalamnya. Pendapatan mereka naik, menjadi Rp 225 ribu per hari. Itu contoh, bahwa semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” katanya.
Bukan hanya itu. Arief juga berkomitmen dalam urusan sustainable tourim development (STD). Pada PATA Travel Mart Indonesia 2016, menpar memberi penghargaan kepada beberapa destinasi sebagai bagian dari STD yang sudah diakui oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
“Satu di Pangandaran, Jawa Barat bekerja sama dengan ITB Bandung. Satu di Kulonprogo, Yogyakarta bersama dengan UGM, dan satu lagi di Lombok, bermitra dengan Universitas Mataram,” ujarnya.
Selain itu, Kemenpar juga telah menerbitkan peraturan menteri khusus berkaitan dengan pembangunan kepariwisataan berkelanjutan, yang menjadi panduan pengembangan wisata Indonesia ke depan.
Selain gencar mengejar target kunjungan 20 juta turis mancanegara pada 2019, keindahan alam dan budaya Indonesia diharapkan dapat terjaga kelestariannya. Hal ini sejalan dengan tuntutan perkembangan pariwisata global ke depan sesuai dengan prinsip sustainable development goals.