Dalam mencari informasi, membeli, dan mengonsumsi produk wisata, mereka telah menggunakan mobile device, melakukan engagement secara personal, dan interaksinya bersifat “two-way”, bahkan “many-to-many” dengan cara berbagi dengan peers dan komunitasnya.
Harus diingat, pencarian produk (search) dan berbagi informasi (share) di industri pariwisata dengan media digital, kini sudah mencapai 70 persen. Harus diingat pula, efektifitas media digital (digital media effectiveness) bisa mencapai empat kali lipat dari media konvensional.
''Karena itu, kita harus mulai meninjau ulang proporsi media digital kita dibanding media konvensional,” katanya.
Berdasarkan statistik, biaya promosi yang dikeluarkan di seluruh dunia rata-rata sekitar 70 persen dari uang kita di media konvensional dan 30 persen di media digital, atau 70:30. Maka proporsi ini harus kita ubah menjadi 60:40 atau bahkan 50:50. Dengan mengalikan proporsi tersebut, dengan masing-masing angka media effectiveness-nya, maka kita akan bisa melihat berapa kali kenaikan efektifitasnya.
Matematikanya sederhana. Kalau proporsinya 70:30, maka perhitungannya adalah: 70 x 1 ditambah 30 x 4, yaitu 190. Nah, kalau kita ubah proporsinya menjadi 60:40, maka perhitungannya menjadi 60 x 1 ditambah 40 x 4, yaitu 240.
“Jadi untuk masing-masing proporsi itu kita akan mendapatkan kenaikan media effectiveness dari 190 menjadi 240,'' katanya.
Kalau proporsinya diubah menjadi 50:50, maka tentu kenaikan efektivitasnya akan lebih besar lagi. Intinya, dengan menaruh uang di media digital, maka kita akan mendapatkan efektifitas yang jauh lebih tinggi.
“Look-Book-Pay”
Digital media juga lebih ampuh dibanding conventional media, karena pada dasarnya digital media adalah convergence media. Convergence media terbagi menjadi tiga, yaitu paid, owned, dan earned media.
''Karena orang mendefinisikan earned media sulit, saya mengganti namanya biar mudah menjadi social media,” kata menpar.