Indonesia Punya Banyak 'Bali' Baru

Madinah Suara.Com
Selasa, 27 September 2016 | 15:01 WIB
Indonesia Punya Banyak 'Bali' Baru
Ilustrasi Pulau Bali. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Itu sebabnya kami sangat paham, betapa sulitnya teman-teman tour and travel Australia menjual paket wisata selain Bali. Presiden Jokowi dan menpar juga menyadari hal ini. Namun semua Bali-bali baru itu diprogramkan dalam konsep 10 Top Destinasi Prioritas," terang Vinsensius, di tengah Indonesia VIP Series OzAsia, Adelaide, Sabtu (24/9/2016) malam.

Pidato VJ, sapaan akrab Vinsensius, yang disampaikan tanpa teks sukses menyihir para undangan. Mereka adalah tour and travel Adelaide, Menteri Perdagangan dan Investasi Australia Selatan, Martin Hamilton Smith, Dubes RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, Konjen RI untuk New South Wales, Queensland dan Australia Selatan, Yayan GH Mulyana, Chairman Adelaide Festival Centre Trust, Michael Abbott, President The Australian-Indonesian Association, Tji Srikandi Goodhart, hingga OzAsia Festival Director, Joseph Mitchel.

Semua menyimak ajakan berwisata ke 10 destinasi beyond Bali, seperti Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang-Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Pulau Seribu-Jakarta, Candi Borobudur-Jateng, Bromo Semeru Tengger-Jatim, Mandalika-Lombok, Labuan Bajo-Komodo, Wakatobi-Sulawesi Tenggara, dan Morotai-Maluku Utara.

Pariwisata Jadi Sektor Unggulan Indonesia

Apakah komitmen negara serius dan konsisten untuk membangun 10 beyond Bali?

“Di era Presiden Joko Widodo, pariwisata ditempatkan sebagai sektor unggulan, selain infrastruktur, maritim, pangan dan energi,” sebut VJ.

Faktanya memang demikian. Pariwisata sudah dijadikan sebagai leading sector pembangunan nasional, karena pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata adalah yang tertinggi, yaitu mencapai 13 persen.

Jumlah ini sangat kontras bila dibandingkan dengan penerimaan devisa dari minyak dan gas bumi, batu bara, serta minyak kelapa sawit, yang pertumbuhannya negatif. Demikian juga dengan penerimaan negara dari karet olahan, pakaian jadi, alat listrik, makanan olahan, tekstil, kertas dan barang dari kertas, kayu olahan dan bahan kimia, yang performance-nya  sedang lesu dan turun.

“Hanya pariwisata yang naik, dari US$ 10 miliar pada 2013, lalu naik menjadi US$ 11 miliar pada 2014, dan naik lagi menjadi US$ 12,6 miliar pada 2015. Industri ini cenderung naik, karena berkelanjutan. Pemerintah Indonesia sangat serius mengembangkan pariwisatanya,” ujar VJ.

Jika dibandingkan dengan negara lain, daya saing Indonesia pun meningkat. Pada 2015, dibandingkan Singapura dan Malaysia, dua negara yang menjadi rival utama, pertumbuhan turis Indonesia naik lebih besar. Malaysia turun 15,7 persen, Singapura naik 0,9 persen, sementara Indonesia naik 10,3 persen, yaitu menjadi 10,4 juta wisman.

REKOMENDASI

TERKINI