Suara.com - Ketika keluar dari Baidu Campus No10 Shangdi 10th Street, Haidian District, Beijing, Cina, Kamis, 22 September 2016, wajah Menteri Pariwisata, Arief Yahya berseri-seri. Setelah bertandang hampir lima jam di markas Baidu, searching engine company terbesar di Cina, Arief semakin yakin mampu mengejar target 20 juta kunjungan wisman pada 2019, yang 50 persennnya didapat dari Cina.
"Saya makin optimistis!," begitu jawab Arief, mantan Dirut PT Telkom Indonesia itu di Cina, Kamis (22/9/2016).
Mengenakan setelan celana jins berwarna biru dan kemeja sewarna, Arief mengetuk pintu kantor Baidu di lingkar luar Kota Beijing. Baidu, yang menguasai 95 persen market share Negeri Tirai Bambu ini memang layak untuk diajak kerja sama.
Dengan gaya santai, tapi serius, Arief mengikuti semua hal yang diterangkan, seperti Baidu & Global Business, Baidu Tourism Product, Baidu Nuomi Travel, Baidu Voice & Image, Baidu Innovation Product, Baidu Adv Platform, sampai Baidu Maps.
Tak hanya itu, Ctrip, perusahaan online travel agent terbesar di Cina, yang menguasai 75 persen traveler juga diminta Arief untuk berkolaborasi. Ia tahu, 23,5 persen saham Ctrip adalah milik Baidu. Jumlah itu merupakan yang terbesar dari komposisi shareholder Ctrip.
"Kalau searching engine-nya atau look-nya pakai Baidu, lalu book dan pay company-nya pakai Ctrip, itu merupakan kombinasi yang sempurna. Dua perusahaan itu raksasa, dua-duanya terbesar di Cina dan berada dalam satu generator untuk menggenjot wisman ke Indonesia," kata Arief.
Baidu yang biasa disebut Google-nya Cina itu menyatakan sanggup melahirkan banyak program untuk mempromosikan destinasi wisata Indonesia, mulai dari branding, advertising hingga selling.
"Pak menteri jangan khawatir, angka 20 juta pada 2019 itu sangat mungkin dicapai. Contohnya Thailand yang juga sudah bekerja sama dengan Baidu. Pada 2015, ada 8 juta pengunjung, tahun ini saya yakin akan tembus 10 juta wisman Cina ke Thailand," kata Richard Lee, International Business Development Director Baidu menyemangati Arief.
Korea Selatan, Taiwan, Yunani, dan Thailand juga sudah menggunakan layanan Baidu, yang memiliki 40.000 pekerja dan tersebar di 200 negara di dunia.
"Kami tahu detail, data traveler Cina. Ratio consumption-nya 52 persen belanja, 27 persen transportasi, 6 persen kuliner, 4 persen hotel, 3 persen hiburan, 3 persen pemandangan, dan sisanya, 5 persen bermacam-macam. Belanda, per visit-nya bisa 1.600 dolar," kata Lee.
Jumlah per visit tersebut berarti lebih tinggi dari standar yang dirilis UNWTO (badan pariwisata dunia) tahun lalu, yang hanya mematok 1.200 dolar per kunjungan.
Kebanyakan Warga Cina ke Hong Kong
Indonesia memang masih belum menjadi top 10 of mind para wisman Cina. Kebanyakan dari mereka ke Hong Kong sebanyak 45,8 juta orang, lalu ke Makau 20,4 juta orang, Thailand 7,93 juta orang (dibulatkan 8 juta kunjungan), Korea Selatan sebanyak 6 juta orang.
Kemudian di peringkat lima adalah ke Jepang, dengan 4,9 juta orang, Taiwan 4,2 juta orang, USA sebanyak 2,6 juta orang, Prancis 2 juta wisman, Singapura dengan 1,8 juta orang, dan kesepuluh, ke Jerman sebanyak 1,3 juta kunjungan. Indonesia masih di bawah itu, yaitu 1,2 juta orang atau 1 persen dari seluruh outbound Cina.
Negara-negara yang bekerja sama dengan Baidu, mengalami kenaikan jumlah wisman Cina di 10 besar.
"Kami antusias dan sangat terhormat atas kehadiran Pak Menteri Arief ke kantor ini. Sebagai perusahaan berbasis searching engine, kami melihat Indonesia sangat potensial, sangat strategis, selain India dan Brazil, yang masa depannya bagus. Indonesia adalah negara besar, dan rasio pengguna internetnya juga terus menanjak. Kami senang bekerja sama melalui sektor pariwisata yang juga berkembang," ujar Lee.
Lee didampingi timnya secara lengkap, yaitu Li Yang, Global Baidu Maps Senior Manager, Yu Dang En, Global Baidu Maps, Chen Ni dan Liu Jian, Baidu Nuomi’s Travel Vice GM, dan Ken Tao, Indonesia’s Local Office Representative.
"Saat ini key word yang popular di Baidu adalah Bali. Masyarakat Guangdong yang terbanyak ke Bali, disusul Beijing, Shanghai, dan lainnya. Indonesia harus menambah destinasi lain untuk dipromosikan, seperti Thailand punya Bangkok, Pattaya, Krabi, Phuket, dan lain-lain," ujar Lee, yang sempat menunjukkan secara online, jumlah page per view, conversion rate, impression, algoritma, key word dan lainnya.
"Kami akan bantu Indonesia. Kita punya sejarah panjang, sejak Laksamana Cheng Ho. Hubungan kedua kepala negara juga sangat serasi. Bali sudah dikenal di Cina sebagai best honeymoon island dan kami ingin long term partnership dengan Indonesia," kata salah satu direktur perusahaan yang berdiri sejak 1999 dan dimiliki oleh anak muda bernama Robin Li itu.
Baidu sendiri menyediakan layanan Baidu Maps, yang bisa membuka peta secara online maupun offline melalui smartphone. Setelah Cina dan Indonesia, sekarang sudah ada 63 negara yang aktif menggunakannya.
Menpar didampingi Staf Khusus Bidang IT, Samsriyono Nugroho, Staf Khusus Bidang Media dan Komunikasi, Muh Noer Sadono, Sesdep, Ni Wayan Giri Adnyani, dan beberapa staf seperti, Martini M Paham, dan Sespri Menpar, Teguh S.
"Tidak sia-sia. Kami juga ingin pariwisata sebagai pintu masuk membangun people to people relationship, yang memberi peluang untuk bekerja sama di trade and investment, setelah tourism," ujar Arief.