Suara.com - Atmosfer digital dan teknologi betul-betul mewarnai Rakornas Kemenpar III “Go Digital Be The Best” 2016, di Ecovention, Ecopark, Ancol, Jakarta, 15-16 September 2016. Pameran industri pariwisata di lantai II juga tersaji serba digital, tanpa barang apapun, kecuali content di layar touch screen.
Semua panel materi animasi multimedia di back drop LED, sampai podium tempat pidato pun didesain serba kaca transparan, sangat hi-tech. Bahkan, absensi pun sudah paperless, tidak lagi membubuhkan tanda tangan di meja penerima tamu, tapi langsung mengetik sendiri nama, nomor smartphone, dan alamat e-mail di middle screen.
“Budaya digital sudah mulai dijalankan di Kemenpar,” kata Menpar Arief Yahya, yang mantan Dirut PT Telkom dan berlatar belakang digital itu, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kemenpar sendiri sudah menggunakan aplikasi e-Commando untuk sistem koordinasi antar level karyawan, plus e-Government. Banyak kebijakan yang tidak lagi diputuskan di meja rapat dalam meeting room, tapi dibereskan melalui WhatsApp Group (WAG).
“Ini bagian dari corporate culture, yang kami bangun di Kemenpar, dengan prinsip solid, speed, and smart,” jelas Arief , yang menyebut Kemenpar merupakan satu-satunya kementerian yang dikelola dengan spirit korporasi.
Sebagai bisnis, pariwisata atau tourism sangat dekat dengan telekomunikasi dan transportasi. Arief menyatakan, tak terlalu sulit melakukan penyesuaian diri dalam mengelola pariwisata.
Ia pun tak ragu, jika pariwisata dijadikan sebagai inti ekonomi (core business) Indonesia ke depan.
“Di internal Kemenpar sendiri, kami sudah terbiasa dengan bekerja dengan solid, speed, dan smart!” kata Arief, yang memang terus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Kemenpar untuk menjemput era digital.
Wisata Indonesia Miliki Banyak Keunggulan
Pariwisata Indonesia, menurutnya, memiliki banyak keunggulan kompetitif dan komparatif.