Petugas yang mendampingi, yang biasa disebut “ranger” langsung memperingatkan supaya berhati-hati dan waspada. Komodo bisa saja langsung menyerang, apalagi jika sedang lapar. Namun demikian, dengan didampingi 4 ranger, rombongan bisa melihat dan memotret komodo sepuasnya.
Tidak puas sampai di situ, rombongan pun melanjutkan trekking. Dalam perjalanan, ranger sempat menunjukkan sarang komodo, yang digunakan untuk kawin dan bertelur. Ternyata, komodo membuat sebuah gua kecil untuk mengerami telurnya.
Di Pulau Rinca, tidak hanya ada komodo, tapi juga ada beberapa jenis hewan lainnya, seperti rusa, kera ekor panjang, kerbau dan berbagai jenis burung. Berkunjung ke Pulau Rinca terasa lengkap.
Bahkan ketika sampai puncak, pengunjung akan bisa melihat dengan jelas hamparan padang savana dan lautan yang indah.
Berdasarkan data Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), penyebaran biawak komodo (Varanus komodensis) terakhir ditemukan di lima pulau yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai, NTT. Selain Pulau Komodo, biawak komodo juga ada di Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode, dan Pulau Padar.
Dari lima pulau tersebut, populasi komodo paling banyak berada di Pulau Rinca. Pulau yang luasnya mencapai 19 ribu hektare (ha) tersebut memiliki 2.318 ekor komodo. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan populasi di Pulau Komodo, yang hanya 2.126 ekor.
Soal regulasi, lagi-lagi, Arief mengingatkan agar tidak membuat aturan yang kontraproduktif dengan airlines. Mereka merupakan industri yang seharusnya menjadi customers AP II, sehingga harus menciptakan atmosfer untuk berkembang. Airlines justru yang harus dilayani, bukan sebaliknya.
“Saya akan bantu, agar semua pihak bisa cepat maju dan berkembang,” kata menpar.