Suara.com - Program roadshow Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya berlanjut ke markas Air Asia di Jalan Marskal Suryadharma (M-1) No 1, Cengkareng, Tangerang. Ini merupakan kunjungan balasan, setelah Senin (5/9/2016), owner Air Asia Group Tony Fernandes bertandang ke Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.
"Intinya, kami meminta perusahaan penerbangan untuk lebih agresif, lebih berani membuka jalur penerbangan ke destinasi wisata Indonesia," jelas Arief, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagi menpar, hambatan paling mendasar dalam upaya menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dibandingkan Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah ketersediaan akses.
Menurutnya, connectivity melalui udara masih minim, direct flight (penerbangan langsung) ke Tanah Air masih sedikit.
"Padahal, hampir 75 persen wisman datang via udara, hanya Kepri (Kepulauan Riau) yang 24 persen menggunakan kapal penyeberangan, satu persen merupakan pelintas batas atau cross corder. Jadi kalau mau menggenjot wisman, ya jalur udara harus dibedah satu per satu," tambah menpar.
Jalur udara, tambah Marketeer of The Year 2013 ini, harus diperkuat. Maklum, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari17.000 pulau.
Panjang bentangan dari barat ke timur sangat luas, begitu pun dari utara ke selatan. Memperbanyak akses direct flight ke Indonesia dinilai mampu menghidupkan kembali jalur maritim di Nusantara.
Arief mengenal istilah, "Utamakan yang utama!” kepada staf kementeriannya.
“Jangan mengerjakan hal-hal lain yang bukan prioritas, sebelum yang utama diselesaikan. Membangun akses menjadi pekerjaan utama dan prioritas nomor satu saya, saat ini," kata laki-laki yang asli Banyuwangi ini.
Akan Buka Pasar India
Saat pertemuan pertama, Tony menyampaikan keseriusannya membantu Kemenpar dalam mengatasi masalah connectivity. Keduanya paham, pasar India merupakan ceruk yang tergolong gendut.
Kebetulan, Air Asia konsisten dengan jenis pesawat yang berbadan lebar, sehingga jarak-jarak menengah seperti Indonesia-India bisa dilayani.
"Kami akan terbangi India, agar ada direct flight ke Indonesia, tanpa melewati Kuala Lumpur maupun Singapura," tuturnya.
Selain itu, pasar Cina dan Australia akan tetap dikembangkan sebagai potensi inbound ke Indonesia. Saat ini, Air Asia sudah terbang ke Sydney, Melbourne, Perth, dan lainnya.
"Kami bisa membawa 6 juta wisman ke Indonesia pada 2019," jelas Tony meyakinkan menpar.
Namun ia minta, upayanya ini didukung Kemenpar dengan promosi dan pengembangan destinasi yang bagus.
Tony juga menjanjikan promosi bersama. Seluruh media promosi Air Asia, menurutnya, bisa di co-branding dengan Wonderful Indonesia, baik yang menempel di pesawatnya, inflight magazine, maupun TV Commercial (TVC) di Korea dan Malaysia.
"Kita join promosi di berbagai originasi yang menjadi sasaran kita," tambah Arief.
Kunjungan menpar juga disambut Group CEO of Indonesia Air Asia, Dendy Kurniawan, Director of Flight Operation of Indonesia Air Asia, Capt Widhi Setyo Darwanto, Director of Safety of Indonesia Air Asia, Capt Rd Achmad Sadikin, Director of Security of Indonesia Air Asia, Capt Jurry Soeryo Wiharko, dan Director of Engineering & Maintenance of Indonesia (Air Asia), Heru Susilo.