Suara.com - Salah satu kekhawatiran masyarakat saat mengonsumsi ubi adalah meningkatkan frekuensi kentut yang menjadi lebih sering. Tentu saja kentut yang terlalu sering dapat menganggu kenyamanan seseorang saat beraktivitas.
Menanggapi hal ini pakar Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Prof Dr. Ir. Purwiyatno MSc, mengatakan, ubi memang mengandung pati yang sulit dicerna. Hal ini memicu tumbuhnya bakteri yang menimbulkan produksi gas berlebih hingga terjadi kentut.
"Tapi nggak semua orang setiap makan ubi langsung kentut. Karena masing-masing orang kan beda, ada juga beberapa ubi yang memang tidak mendorong produksi kentut," ujar lelaki yang akrab disapa Prof Pur pada temu media di Jakarta, Senin (5/9/2016).
Namun, ia menambahkan, efek kentut setelah mengonsumsi ubi bisa dihindari jika ubi diolah dengan tepat, seperti direbus, dikukus, atau digoreng. Pada kondisi matang, pati ubi cenderung lebih mudah dicerna.
"Tapi jika diolah dengan cara direbus memang terjadi penurunan gizi sekitar 30 persen pada ubi. Jadi, memang ada plus minusnya saat diolah," imbuhnya.