Suara.com - Branding Wonderful Indonesia mengepung kawasan pariwisata Bukit Bintang, Kuala Lumpur, Malaysia. Semua sudut pusat perbelanjaan, pusat lifestyle, café-restoran, dan kuliner andalan Ibu Kota Malaysia itu penuh dengan atribut Indonesia.
Indonesia Street Festival 2016 hadir di kawasan itu, tepatnya di sepanjang Starhill Gallery hingga Lot 10 Shopping Center. Atraksi kesenian yang ditampilkan di sana menghebohkan warga Malaysia selama empat hari, yaitu Kamis (1/9/2016) hingga Sabtu (4/9/2016).
Ada beragam konsep menarik, antara lain, pentas kesenian, parade kostum karnaval, instalasi seni dari bambu, pentas musik tradisional-modern, hingga pameran produk kerajinan dan makanan khas Indonesia. Semua aktivasi branding tersebut memantik perhatian publik Malaysia.
Penampilan Kuda Lumping Banyuwangi, yang dimainkan Paguyuban Arek Banyuwangi (PAB), misalnya, selalu mengundang decak kagum para penonton yang memadati walkway, depan pintu masuk Lot 10 Shopping Center. Mereka menikmati tarian tradisional yang dibawakan dengan energik oleh lima penari laki-laki.
Dengan pakaian mirip prajurit dan hiasan warna-warni, mereka kompak menari tarian yang dikenal juga dengan nama “Jaranan” ini.
Saat kelima penari menunggangi anyaman bambu berbentuk kuda, sembari tangan kanan memegang cambuk dan mulai berlarian, serta diiringi suara menggelegar, penonton pun riuh bertepuk tangan. Kemeriahan makin terasa, saat slompret (terompet), kendang, kempul, bonang, dan gong saling bersahutan mengiringi gerak para penari.
Sejumlah Turis Ingin ke Indonesia
Rombongan turis dari Yordania, yang menonton, mengaku terkesima dengan tarian yang dimainkan.
“Traditional dance-nya menarik. Saya baru pertama kali melihatnya. Saya sangat excited,” cetus Nasser Abdullah, yang sengaja menyempatkan waktu menonton gelaran Indonesia Street Festival, di Bukit Bintang.
Dia berharap, tahun depan bisa berlibur ke Indonesia bersama keluarga. Gelaran Indonesia Street Festival ini dinilainya membantu memeroleh gambaran untuk mewujudkan rencananya tersebut.
Hal senada disampaikan warga Malaysia, Yap Hin. Selama ini, ia hanya sempat berkunjung ke Jakarta dan Bali saja. Namun ternyata, menurutnya, festival ini menyajikan banyak tempat menarik yang layak dikunjungi.
Yap Hin juga mengatakan ingin ke Pulau Komodo, setelah melihat photo booth komodo yang dipajang di depan pintu masuk Lot 10 Shopping Center. “Ini (komodo), ternyata benar masih ada. Jadi ingin melihat langsung ke sana,” jelasnya yang mengaku bekerja di sebuah perusahaan milik pemerintah tersebut.
Masih ada beberapa agenda promosi Wonderful Indonesia, yang juga menarik perhatian warga Malaysia dan wisatawan mancanegara (wisman) lainnya. Di ruang pamer, Lot 10 Shopping Center, pengunjung juga terbius dengan workshop membatik yang diadakan Apip’s Batik dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Banyak warga Malaysia, Yordania, dan Arab Saudi, yang mampir ke booth saya untuk bertanya tentang batik. Kebetulan, saya membawa perlengkapan membatik, jadi bisa langsung praktik. Selain itu, mereka juga membeli batik yang dipajang di sini. Batik berwarna cerah, tapi soft dan elegan, paling laku,” terang seniman batik dari Apip’s Batik, Hendra.
Tak ketinggalan juga workshop siluet wajah, kuliner khas Indonesia, pertunjukan musik tradisional keroncong, aneka kerajinan, dan fashion show, diminati pengunjung.
Asisten Deputi Pengembangan Pasar Pariwisata Asia Tenggara Kemenpar, Rizki Handayani, mengatakan, beragam acara dan atraksi kesenian dalam Indonesia Street Festival sengaja dihadirkan untuk menarik perhatian turis mancanegara, khususnya Malaysia. Kami berharap, makin banyak yang berkunjung ke Indonesia.
“Malaysia merupakan pasar potensial. Tahun lalu, kunjungan wisman Malaysia berkontribusi 1,2 juta orang. Tahun ini, sesuai target menteri, kita akan genjot hingga 2 juta kunjungan wisman Malaysia,” papar perempuan berhijab lulusan ITB Bandung ini.
Malaysia sendiri menempati posisi kedua, setelah Singapura dan Cina, pada 2015, dari total jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, yang mencapai 10,406.759 juta orang.
Selain itu, lanjut Rizki, melalui branding, wisman asal Malaysia diharapkan lebih mengenal destinasi lain selain Jakarta, Bali, Bandung, atau Yogyakarta, seperti yang selama ini menjadi tujuan utama.
Indonesia yang multientik dan multikultur, memiliki banyak keindahan dan keunikan tempat wisata lain. “Kita mulai segmented. Ada market-market potensial lainnya. Kita mulai jual Semarang, Bangka Belitung, Lombok, Palembang. Respons cukup bagus,” ungkapnya.
Jika dilihat dari antusiasme pengunjung, Rizki optimistis, target wisman ke Indonesia sebanyak 100 ribu pengunjung dapat tercapai.
“Selain dengan aktivasi berupa atraksi kesenian, kami juga menyebar brosur pameran MATTA Fair 2016 tentang bermacam destinasi wisata Indonesia. Mereka kita arahkan melihat booth kita dan membeli paket wisata di MATTA Fair yang sedang berlangsung,” ujarnya.
Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, pernah berharap, Lombok segera memiliki kawasan seperti Bukit Bintang. Ribuan turis asal Timur Tengah bisa berjalan-jalan nyaman, karena ada sejumlah café, restoran, tempat belanja, street food, yang amat mereka sukai.
“Dalam pengembangan halal destination, sepertinya harus punya benchmark. Bukit Bintang ini bisa dijadikan contoh yang mudah,” ujarnya.
Malaysia memiliki papan nama dengan tiga atau empat bahasa, yaitu Inggris, Cina, Arab, yang terkadang ditambahkan dengan Bahasa Melayu. Selain itu, street food-nya bersih dan bebas sampah, sehingga asyik untuk dinikmati sambil berjalan kaki.
"Indonesia Street Festival" Bikin Warga Malaysia Terkesima
Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 06 September 2016 | 14:30 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
REKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 18:16 WIB
Lifestyle | 18:02 WIB
Lifestyle | 18:00 WIB
Lifestyle | 17:51 WIB
Lifestyle | 17:22 WIB
Lifestyle | 17:08 WIB
Lifestyle | 17:07 WIB