Suara.com - Gunung tertinggi di Tanah Air yang diselimuti salju abadi ada di Papua. Tempat untuk menikmati keindahan bawah laut (snorkeling) dan menyelam (diving) terbaik pun ada di Papua.
Tapi sayang, tidak banyak orang berkesempatan terbang ke pulau paling timur Indonesia itu. Salah satu kendalanya adalah kurangnya sarana transportasi yang memadai.
Kini jangan khawatir, maskapai berbiaya murah (LCC), Citilink Indonesia, akan membuka rute ke Papua. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk memperluas konektivitas ke daerah timur Indonesia dan mendorong kemajuan pariwisata di Papua.
"Pembukaan rute ini menjadi salah satu prioritas utama kami. Ini merupakan langkah penting Citilink untuk memperluas konektivitas dan mengembangkan potensi Tanah Air. Jadi, nanti dari Aceh hingga Papua bisa terkoneksi dengan penerbangan Citilink," kata President & CEO Citilink Indonesia, Albert Burhan, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Albert mengatakan, maskapai pelat merah ini berencana terbang di atas langit Papua mulai Oktober 2016. Rute yang akan dibuka adalah Jakarta-Jayapura.
"Citilink Indonesia akan membuka penerbangan berjadwal harian dari Jakarta ke Jayapura, melalui penerbangan transit," ujarnya.
Albert menambahkan, saat ini, tim Citilink terus menggodok konsep dan melakukan persiapan agar pembukaan rute ke Jayapura segera dilakukan.
"Kami telah melakukan feasibilities study sebelumnya. Jayapura memiliki potensi penumpang dan angkutan kargo yang cukup bagus. Kami terus mengkaji dan mempelajari, agar rute ini bisa segera direalisasikan, dan akhirnya pada Oktober 2016, akan kami mulai," katanya menuturkan.
Saat ini, Citilink tengah dalam proses pengajuan perizinan slot di Bandara Jayapura kepada Kementerian Perhubungan. Untuk pembukaan rute Jakarta-Jayapura, Citilink Indonesia akan menggunakan Airbus A320, yang memiliki kapasitas tempat duduk untuk 180 penumpang.
Menurut Albert, banyak keindahan alam dan budaya kelas dunia di Papua. Salah satunya, keindahan bawah laut di Raja Ampat, Papua Barat. Lalu, ada Taman Nasional Lorentz, yang membentang dari Pegunungan Jayawijaya hingga pesisir pantai yang berhadapan dengan Laut Arafuru, yang sudah diakui sebagai situs warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), pada 1999.