Dua Hari Dangdutan di Entikong, Wisman Malaysia Ketagihan

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 01 September 2016 | 13:12 WIB
Dua Hari Dangdutan di Entikong, Wisman Malaysia Ketagihan
Ilustrasi menari, joget, diskotik. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak hanya orang Indonesia yang 'gila' dangdut, negara tetangga kita, Malaysia pun gandrung buka kepalang. Mau bukti?

Suguhan dangdut dari Festival Wonderful Indonesia (FWI) 2016, yang didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sukses dilahap. Pesta dangdut selama dua hari di Entikong, Sanggai, Kalimantan Barat (Kalbar) ini dibanjiri masyarakat Malaysia perbatasan.

Festival crossborder (perbatasan) inipun dinilai bisa menjadi magnet yang mampu menyedot turis asing dari Malaysia.

Pesta dangdut selama dua hari, Sabtu (27/6/2016) dan Minggu (28/8/2016), didatangi lebih dari 1.000 wisman yang masuk melalui kantor imigrasi Entikong. Pada hari-hari biasa, crossborder rata-rata hanya dilewati 100-150 wisman saja.

Pada festival dangdut tempo hari, mereka datang secara bergelombang. Sampai-sampai, panitia menyiapkan bus antar jemput di perbatasan.

Sampai lokasi, mereka langsung disambut dangdut pembuka. Turis tetangga ini menempati kursi undangan yang disiapkan panitia. Tampak tua-muda, laki-laki-perempuan memenuhi 200 kursi undangan. Mereka yang tak dapat tempat duduk, langsung membaur dengan penonton lokal di lapangan.

Mereka larut dalam alunan dangdut di Lapangan Patoka, sekitar 3 kilometer dari pintu perbatasan. Para wisatawan Malaysia itu berjoget bersama, di bawah suhu panas Entikong 37 derajat Celsius.

Goyangan bertambah hot, setelah artis ibu kota, Selvie Aprilia, Bintang Pantura Indosiar tampil. Perempuan Sukabumi ini menggoyang para tamu mancanegara dengan Sambalado, sebagai lagu pembuka. Para turis Serawak berbaur dengan sekitar 4.000 penonton perbatasan.

Lapangan penuh sesak. Bahkan wisman ada yang naik panggung, berjoget bersama sang artis. Saking semangatnya disambut ribuan penonton, Selvie membawakan delapan lagu.

Padahal dalam kontrak, ia hanya menyetujui empat lagu. "Hayoo, yang dari Malaysia angkat tangan! Saya terharu sekali penontonya segini banyak, ya. Teman-teman dari Malaysia, selamat datang dan salam Wonderful Indonesia," sapa biduan dangdut juara 3 pencarian bakat Indosiar 2015 itu.

Semakin sore, acara semakin heboh. Jingkrak lautan penonton membuat suasana makin panas. Beberapa kali harus diguyur semprotan air. Walau basah kuyub, dangduters terus ketagihan joget.

Suka Rhoma Irama dan Inul Daratista
Remon, salah satu penonton asal Tebedu, Serawak, mengaku baru pertama kalinya datang ke Entikong. Pegawai kantoran ini mengaku datang bersama anak dan istrinya, karena hobi dangdut Indonesia.

Selama ini, ia banyak mendengarkan dari radio saja. "Begitu melihat iklan di koran ada festival dangdut, kami datang kemari," akunya.

Dia sendiri suka penyanyi Rhoma Irama dan Inul Daratista. Ia mengaku pernah melihat show di Malaysia, namun kurang puas, karena goyangnya tidak sebebas di Indonesia. "Pokoknya kami suka dangdut. Mau dong, kalau ada lagi," katanya.

Selain diserbu rombongan dari Tebedu, Serawak, festival hari kedua juga ditonton anggota club motor gede (moge) dari Kuching. Sembilan orang datang atas undangan Konjen Kuching, Serawak, Malaysia. Mereka juga asyik berjoget di bawah terik matahari.

"Dangdut, okelah. Kami juga suka touring, nonton dangdut sampai Pontianak," ujar pemimpin rombongan, Syawal, di sela berjoget.

Ia mengatakan, di Kuching ada 150 orang pecinta Moge, "Tegar Bikers Serawak", yang siap meramaikan acara musik di perbatasan.  

FWI Entikong seperti menjadi pelepas dahaga warga perbatasan, karena lama mereka tidak mendapat hiburan.

"Orang perbatasan sibuk cari duit, mereka butuh hiburan. Kalau boleh usul, ke depan datangkan Wali Band atau orkes Palapa, Monata, Inul Daratista, atau Brodin. Saya jamin, lapangan nggak cukup. Orang Sanggau pun akan datang," kata warga lain, Syamsul.

Para pelaku bisnis pun ketiban untung. Dampak festival itu membuat jasa penginapan dan warung makan laris.

Hotel Prambanan, di Jalan Raya Malindo, misalnya, penuh selama seminggu. "Sebanyak 27 kamar kami penuh, gara-gara dangdutan," aku pemilik, Zulkifli Lubis.

Selama dua hari acara, persediaan warung pun habis. Ada lebih dari 50 warung berjualan makan dan minuman di lokasi acara dan semuanya laris manis.

"Habis sembilan kilogram ayam," ujar bakul sate, Anik.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran ASEAN Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa, menyatakan cukup terharu dengan suksesnya FWI 2016 di Entikong tersebut.

"Rapat koordinasi, ketemu camat di wilayah Malaysia, menyebar flyer, menempel poster, branding kita sangat kuat. Pesiapannya luar biasa. Perjuangan perjalanannya berat banget. Tapi begitu lihat hasilnya, sangat memuaskan! Jadi hiburan yang asyik buat masyarakat kita di perbatasan. Dampak ekonominya juga terasa," kata Rizki, yang terus menterjemahkan rumus Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya itu.

Lebih lanjut Menpar mengatakan bahwa pariwisata, transportasi, dan komunikasi merupakan bisnis yang mirip. "Ada proximity atau kedekatan, ada season atau musiman, dan ada momen atau event tertentu yang bisa memindahkan orang dari satu titik ke titik yang lain," imbuhnya.

REKOMENDASI

TERKINI