Pawai dimulai tepat pukul 15.00 WIB, mengambil start di Jalan Raden Intan Gramedia. Ridho memimpin langsung pawai budaya tersebut.
Pawai ini menampilkan berbagai tarian dan kostum tradisional, yang melibatkan 1.500 peserta, empat ekor gajah, dan belasan mobil hias.
"Tahun sebelumnya, acara dipusatkan di rumah dinas gubernur. Acara tahun ini, kita pusatkan di Tugu Adipura, agar lebih masyarakat yang menyaksikan, karena Festival Krakatau adalah milik masyarakat Lampung," kata Ridho.
Staf Ahli Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Bidang Kemaritiman, Syamsul Lussa, yang hadir mewakili Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, menyatakan, pelaksanaan 25 tahun festival Krakatau merupakan fakta dan sebuah warisan yang harus terus dikembangkan. Ia berharap, festival ini dapat bersaing secara nasional bahkan internasional.
"Jadikan Festival Krakatau ini sebagai satu-satunya yang ada di dunia,'' ujarnya.
Letusan Krakatau Terdengar oleh 1/8 Penduduk Bumi
Berdasarkan sejarah, pada 1883, letusan Gunung Krakatau luar biasa dahsyat, sehingga suara letusannya terdengar sampai 4.830 kilometer (km) dari pusat letusan dan didengar oleh 1/8 penduduk Bumi saat itu.
Letusan Krakatau memiliki kekuatan 13.000 kali lebih besar dari ledakan bom atom Hirosima dan Nagasaki. Material vulkaniknya terbawa sampai Jawa dan Sumatera, bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru.