Suara.com - Kesuksesan penyelenggaraan Sanur Village Festival (SVF) selama 11 tahun berturut-turut, tak lepas dari Ida Bagus (IB) Gede Sidharta Putra. Dia merupakan chairman SVF 2016, yang dilangsungkan di Maisonettee Area Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, pada 24-28 Agustus 2016.
"Kami membuat festival ini untuk mengangkat kembali pariwisata Sanur, Bali dan Indonesia, yang saat itu hancur oleh bom," katanya di Bali beberapa waktu lalu.
Penggagas dan motor penggerak SVF ini sempat prihatin atas tragedi bom Bali di awal tahun 2000-an lalu. Kala itu, semua industri sekarat. Tidak banyak wisman maupun wisnus yang berkunjung ke Bali, sehingga pendapatan masyarakat merosot.
"Festival yang dilakukan dengan kebersamaan ini pelan-pelan bisa mengangkat kembali keberadaan kita," kata laki-laki, yang juga pemilik Griya Santrian itu.
Penyelenggaraan festival ini terus disempurnakan dari waktu ke waktu. Dia berterima kasih kepada Wali Kota Denpasar kala itu, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, yang saat ini merupakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menteri Koperasi dan UKM).
"Pak Menpar, Arief Yahya juga sangat peduli dengan Sanur Village Festival. Sudah dua tahun berturut-turut membuka festival ini. Luar biasa! Terima kasih," kata Gede.
Kini, SVF 2016 semakin ngetop. Jumlah pesertanya semakin banyak dan variatif.
"Semakin besar, semakin banyak pengunjungnya. Sanur, yang semula even lokal, sekarang sudah bisa mempromosikan Denpasar dan Wonderful Indonesia. Tentu dengan digital media yang semakin tidak berbatas oleh waktu dan ruang," ujarnya.
Kreativitas Tanpa Henti Lahir dari Sanur
Tema SVF tahun ini adalah "Tat Twam Asi", yang merupakan idenya. Setiap tahun, tema selalu berubah dan disesuaikan dengan perkembangan aktual. Kata-kata dari bahasa Sansekerta itu sendiri berarti, "Kamu adalah Aku, Aku adalah Kamu".
"Kami ingin saling menghormati, saling memiliki, saling menghargai, saling menjaga, agar Sanur tetap bersih, lestari, rukun, tenang, dan nyaman. Kita memiliki Sanur dan Sanur juga memiliki kita. Dalam suasana seperti itu, kreativitas tanpa henti lahir dari Sanur," katanya menjelaskan.
Menurut dia, SVF tahun ini lebih banyak diisi dengan sport tourism. Ada sekitar 20 event yang sudah dimulai sejak 14 Agustus 2016.
Sebagai tahun sport tourism, dia menggandeng perusahaan aplikasi dari Hongkong untuk mempromosikan I Discover, tentang jalur sepeda, jalur jalan kaki atau jalur trekking di kawasan Sanur. Mereka tidak sekadar berolahraga, tapi juga mengunjungi beberapa situs di sana.
Kegiatan SVF yang sudah dirancang dan dipublikasikan, antara lain Sanur Golf Tournament, Environmental Care, Under water Festival, Fishing Contest, Sanur Kite Festival, Sport Competition, Bali International Triathlon, Phono Competition, Fun Beach Games, Sanur Creative Expo, Food Festival, Jazz Festival dan Yoga.
"Triathlon sudah diminati 1.800-an peserta. Lalu ada Inter Hash dengan 6.000 peserta. Bukan hanya Sanur yang hidup, Bali juga semakin hidup," katanya.
Sementara itu, pebisnis yang bergerak di hospitality, entertainment, dan investment Rhadana, Rainier H Dauly, menyatakan, menyambut gembira adanya festival ini. Pemilik The Oasis Lagoon di Sanur, Bali itu optimistis, perkembangan pariwisata Indonesia akan terus maju dan berkembang.
"Saya melihat dan merasakan, festival ini semakin memperkuat Sanur sebagai community based tourism," kata Rainier, yang lulusan UI Jakarta itu.
Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, juga mendukung kegiatan ini sejak 11 tahun lalu. Dia mengapresiasi Yayasan Pembangunan Sanur, yang dipimpin oleh IB Gede Sidharta Putra, sehingga membuat festival ini semakin dikenal di seluruh dunia.
"IB Gede Sidharta itu orangnya kecil, tapi ide-idenya besar," kata Rai Mantra.
Banyak tokoh yang dijadwalkan hadir dalam pembukaan festival itu, termasuk
anggota DPR RI, Ida Bagus Putu Sukarta, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, Hermawan Kertajaya, Ibu Bintang Puspayoga, Wali Kota Denpasar, Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, beberapa para Bupati di Bali, Konsul dan Konsulat Jenderal, Bali Tourism Board, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan para pelaku bisnis pariwisata di sana.
Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya memuji, konsistensi pelaksanaan festival dengan 20 mata acara yang sudah diawali sejak 15 Agustus 2016 tersebut. Menurutnya, semua acara tergarap profesional dan tingkat hospitality yang sangat detail dan berselera.
"Inilah yang harus ditularkan ke banyak destinasi baru di Tanah Air. Saya sering menyampaikan ke banyak daerah, contohlah Sanur yang sukses menggarap community based dan bergerak cepat dengan digital," ujarnya.