Komunitas masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan bagian warisan dunia yang perlu mendapat perlindungan.
"Kami berharap komunitas Suku Baduy mendapat perlindungan, baik pemerintah Indonesia maupun dunia," kata Humas Wadah Musyawarah Masyarakat Baduy (Wammby) Tono Soemarsono, Kamis (25/8/2016).
Hingga kini masyrakat Baduy konsisten melestarikan ekosistem dan lingkungan alam dan hutan, karena memberikan manfaat besar bagi kelangsungan hidup mereka. Masyarakat Baduy menjaga kawasan hutan adat dengan penghijauan dengan menanam aneka tanaman keras.
Kawasan hutan adat tentu menjadikan agenda utama yang harus dilestarikan agar tidak dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebab, kerusakan hutan bisa memicu bencana alam, seperti banjir, longsor dan kekeringan.
Selain itu masyarakat Baduy hingga kini menolak modernisasi, seperti pendidikan, penerangan listrik, barang-barang elektronika dan perabotan rumah tangga, bangunan permanen, hingga kendaraan.
Masyarakat Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak sangat sederhana. Mereka mendirikan rumah panggung yang terbuat dari bilik bambu dan atap rumbia juga tidak tampak perabotan rumah tangga, seperti kursi tempat tidur apalagi alat-alat elektronika.
Menurut Tono, masyarakat Baduy bisa disamakan dengan komunitas Suku Amish di Amerika Serikat atau Suku Incha di Peru. Khasanah budaya masyarakat Baduy sering menjadi objek penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakatnya yang unik.
"Saya kira perlindungan masyarakat suku terasing tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai warisan dunia itu," katanya.
Untuk itu Tono, sangat mendukung jika masyarakat Baduy sebagai aset internasional dan layak terdaftar di Man And Biosphere (MAB) United Unitions, Educational, Seintific and Culture Organization (UNESCO).
Dengan terdaftarnya adat Baduy di lembaga internasional UNESCO, akan membuat perlindungan yang lebih kuat.Pendaftaran khasanah budaya Baduy hingga saat ini sedang dan dalam proses diajukan ke UNESCO.
Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Saija mengatakan masyarakat Baduy yang berpenduduk 11.345 jiwa dengan 3.465 kartu keluarga (KK), rukun tetangga sebanyak 65 orang, rukun warga 13 orang dan lembaga adat 96 orang cukup kondusif.
Masyarakat Baduy sejak dulu hingga kini cukup damai tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kami mendukung saja jika budaya Baduy masuk aset nasional dan internasional," katanya.
Beberapa negara yang memiliki situs budaya dunia dan terdaftar pada UNESCO, di antaranya Prancis diantara memiliki 41 situs warisan adat budaya dunia terdaftar UNESCO dan 31 pada daftar tentatif. Selanjutnya, Jepang memiliki 19 situs budaya dunia terdaftar pada UNESCO dan 31 situs dalam daftar tentatif.
Namun, Indonesia hanya memiliki delapan warisan situs dunia yang terdaftar pada UNESCO dan 18 pada daftar sementara.
"Kami berharap Indonesia dapat menambah situs warisan dunia dengan adat Baduy itu masuk terdaftar di UNESCO," ujarnya. (Antara)
Agar Kampung Adat Baduy Jadi Warisan Dunia
Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 26 Agustus 2016 | 07:37 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Dinas Sosial Bogor 'Biarin' Korban Bencana, Pegawai Jalan-jalan ke Bali Pakai Anggaran Rp900 Juta?
14 November 2024 | 23:34 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 20:51 WIB
Lifestyle | 20:12 WIB
Lifestyle | 19:15 WIB
Lifestyle | 18:42 WIB
Lifestyle | 18:29 WIB