Suara.com - Jika Anda menyaksikan Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba (KKPDT) 2016 di Parapat, Kabupaten Simalungun dan Balige, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara (Sumut), akhir pekan lalu, maka Anda pasti takkan melewatkan Sigale-gale.
Sigale-gale adalah boneka yang terbuat dari kayu, yang dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga bisa digerakkan dari belakang, yang penuh dengan kisah mistis. Sigale-gale hidup dalam budaya masyarakat Batak Toba, Pulau Samosir. Pemerintah Kabupaten Samosir tengah menyiapkan dana sebesar Rp 80 miliar, agar patung ini bisa dinikmati sebagai atraksi budaya.
“Cerita ini merupakan karya budaya turun temurun dan dipercaya oleh masyarakat. Pasti ada banyak hikmah di balik legenda Sigale-gale itu. Silakan disimak cerita langsungnya dan lihatlah dengan mata kepala sendiri di lokasi tempat asal muasal cerita itu dibuat,” kata Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, Tomok, beberapa waktu lalu.
Namanya juga legenda, bisa faktual atau pernah terjadi, bisa juga rekaan tokoh-tokoh di sana secara turun-temurun, sehingga menjadi kemasan cerita yang menarik. Terlepas dari percaya atau tidak percaya, legenda-legenda seperti itu sangat penting bagi dunia pariwisata.
“Di Korea, apa saja dibuat monumental, dan ramai dikunjungi untuk selfie (foto diri) dan berwisata budaya,” kata Menpar.
Nah, pertunjukan Sigale-gale ini bisa Anda saksikan di Desa Tomok. Lokasinya tak jauh dari Parapat. Cukup satu jam menyeberang dengan kapal ferry, Anda sudah sampai di Tomok, desa yang menjadi destinasi wisata budaya boneka Sigale-gale.
Menurut Legenda, Boneka adalah Raja Manggale dengan Rohnya
Legenda mengungkapkan, Sigale-gale merupakan boneka kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir, yang dikelilingi Danau Toba. Dan pada masanya, Si Raja Rahat memiliki seorang putra bernama Raja Manggale.
Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun tak dinyana, Raja Manggale tumbang di medan perang. Tragisnya lagi, jenazahnya tak pernah ditemukan. Raja Rahat sangat sedih kehilangan putra semata wayangnya, yang akan mewarisi kerajaannya.
Konon, raja pun akhirnya jatuh sakit, karena selalu memikirkan anaknya. Akhirnya, para dukun membuat patung mirip Manggale. Lalu dipanggilnyalah roh Raja Manggale, sehingga bisa menggerak-gerakkan tangannya. Perlahan, sang raja mulai pulih dari sakit. Sejak saat itu, orang Batak menyebut boneka tersebut sebagai Sigale-gale, atau Si Lemas-lemas.
Dalam pertunjukan sekarang, tentu boneka tidak dimasuki roh. Untuk menggerakkannya, dibuatkan sistem penggerak mekanis. Bahkan ada yang sampai dapat membuat boneka tersebut menangis.
Pertunjukkan Sigale-gale menari biasanya dimainkan dengan iringan musikal Sordam dan Gondang Sabangunan. Biasanya ada sekitar tujuh macam musik ritual Batak untuk memainkan tarian patung Sigale-gale ini.
Atraksi ini dilengkapi oleh 8-10 penari yang mengiringinya. Mereka akan menari Tor-tor, sesuai musik, meskipun fokus utama tetap pada patung Sigale-gale. Pertunjukan mistis ini rupanya masih melekat dalam budaya Batak Toba dan tidak punah tergerus zaman.
Hingga kini, masih dapat dijumpai sejumlah patung yang dipahat puluhan tahun silam. Tak ingin kehilangan momentum, Sigale-gale, satu dari sejumlah legenda di Kabupaten Samosir, Sumut, telah menjadi andalan untuk menarik wisatawan.
"Kita akan bangun patung Sigale-gale setinggi 100 meter (m) lebih, beserta cable car (kereta gantung). Kami ingin menjadikan Kabupaten Samosir sebagai destinasi utama wisatawan di Sumatera Utara,” terang Bupati Samosir, Rapidin Simbolon, Tomok, Rabu (17/8/2016).
Biaya yang disiapkan cukup fantastis. Untuk Sigale-gale raksasa seukuran Monas, Rapidin mengaku sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 80 miliar, sementara untuk cable car, investasi yang disiapkan sebesar Rp 120 miliar.
“Jadi, kalau ada KKPDT lagi, wilayah kami sudah punya infrastruktur pariwisata yang bagus. Wisatawan jadi semakin nyaman berwisata ke daerah kami,” ujarnya.