Nostalgia Makanan Kolonial ala "Toko Oen"

Selasa, 16 Agustus 2016 | 17:55 WIB
Nostalgia Makanan Kolonial ala "Toko Oen"
Ilustrasi bitterballen salah satu makanan khas Belanda. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi mereka yang sering bepergian ke Kota Semarang, Jawa Tengah mungkin sudah tak asing lagi dengan Toko Oen. Ya, restoran ini dikenal dengan hidangan legendarisnya seperti beragam kue kering dan es krimnya.

Nah, jika Anda merasa rindu dengan ragam kue kering khas atau es krim tanpa bahan pengawet yang lezat dari Toko Oen, datang saja ke Festival Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta Barat.

Di festival kuliner yang akan berlangsung hingga 21 Agustus 2016 ini, Anda bisa mencicipi berbagai hidangan turun temurun dari Oma Oen, yang diperkenalkan sejak 1936. Menurut Sugi, salah satu pelayan di Toko Oen, saat ini, restoran dikelola dan dijalankan oleh keturunan langsung dari Oma Oen.

"Sekarang sudah generasi ketiganya Oma Oen. Semua resep makanan di sini dari dia. Kami ingin terus melestarikan kuliner tempo dulu, apalagi sekarang makanan modern udah banyak," ujar dia.

Toko Oen sendiri, pada awalnya hanya menjual kue kering dan es krim. Namun saat ini, sudah bertransformasi menjadi sebuah restoran, yang menyajikan beragam makanan Belanda, Indonesia dan cita rasa Cina di dalamnya.

Menu-menunya yang klasik dan masih menggunakan nama-nama hidangan Kolonial Belanda, seperti uitsmijter, huzarensalade, kaasstengels menjadi keunikan tersendiri dari Toko Oen. Adapula Bestik sapi, ayam atau Lidah sebagai hidangan berat yang bisa Anda cicipi di festival ini.

Jangan ketinggalan juga menikmati kue kering khas Toko Oen, seperti schuimpjes, sprits chip, theekransjes, sumpia, kattetong hingga janhagel. Dan, tentunya makanan lezat seperti onbijtkoek, ganjel rel, cocoa, amandel brood, hingga resoles, lumpia dan bitterballen.

"Karena keterbatasan, untuk di Kampoeng Legenda kita bawa es krimnya cuma satu jenis, yakni tutti frutti. Es krim kita dibuat masih dengan manual dan tanpa bahan pengawet. Harganya Rp36 ribu," tutup Sugi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI