Menpar Ingin Mandeh Segera Jadi "Raja Ampat"-nya Sumatera

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 09 Agustus 2016 | 13:44 WIB
Menpar Ingin Mandeh Segera Jadi "Raja Ampat"-nya Sumatera
Kawasan Mandeh, pesisir selatan Sumatera Barat (Sumbar). (infosumbar.net)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, ingin agar Mandeh, Sumatera Barat (Sumbar), segera mampu menjadi kawasan wisata. Pesisir pantai selatannya yang indah tak kalah dengan Raja Ampat, Papua, sehingga Mandeh sering disebut sebagai “Raja Ampat”-nya Sumatera.

Keinginan Menpar ini diwujudkanya dengan meninjau Mandeh ke-4 kalinya, beberapa waktu lalu, tepatnya sebelum pembukaan Tour de Singkarak (TdS) 2016.

“Membuktikan Mandeh sukses akan lebih baik daripada 1.000 kali saya memberi pidato atau ceramah,” katanya, di depan Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni dan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, Mandeh, Jumat (5/8/2016).

Mantan Dirut PT Telkom ini mampir dan memaksa harus menginjakkan kaki secara fisik ke Mandeh. Mobil RI-47 pun menyusuri Teluk Bayur, naik berkelok-kelok ke Pesisir Selatan.

Arief ingin melihat pembangunan toilet bersih yang sudah dibangun oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Bangunannya sebenarnya sudah siap, tapi sumber airnya belum permanen. Itu menjadi pekerjaan rumah yang akan segera dikejar.

Selain itu, Menpar juga meninjau infrastruktur jalan yang sedang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera).

“Sudah ada investor dari Dubai Uni Arab Emirate  (UAE) yang tertarik menanamkan modal ke Indoesia,” jelas Arief.

Alam Sumbar penuh dengan hamparan padi menghijau, sungai mengalir jernih, dan buih-buih putih saat alirannya menghantam bebatuan. Pegunungan yang rimbun tertutup pepohonan besar, batang nyiur menyangga kepala berjajar vertikal, dipayungi langit biru tak berawan, sangat memesona.

“Saya membayangkan suasana desa zaman dulu, yang alami dan damai. Coba wisman Timur Tengah famtrip (familiarization trip/program pemasaran wsiata) ke Tanah Minang, sudah pasti jatuh cinta dan ingin berlama-lama menikmati hamparan sawah, ladang, sungai mengalir dan kelokan-kelokan alam yang mirip taman raksasa. Saya sudah ke banyak tempat di penjuru negeri, Sumbar punya keunggulan di sini. Lembaga pemeringkat dunia juga selalu menempatkan Indonesia dalam top 20 besar, baik alam maupun budaya. Sumbar punya dua-duanya,” ungkap Arief lagi.

Cocok Dijadikan Industri Kreatif
Menurutnya, industri yang paling cocok untuk Sumbar adalah pariwisata dan ekonomi kreatif. Revolusi industri, menurut Alfin Toffler, terdiri dari tiga hal, gelombang industri agrikultur atau pertanian, lalu industri manufaktur atau pabrik-mekanisasi, dan level ketiga adalah teknologi informasi (IT).

“Saat ini dan masa depan, kita akan memasuki era ekonomi kreatif, atau crultural industry, atau creative economy,” kata Arief.

Pariwisata merupakan industri kreatif, yaitu industri yang paling mudah dan murah untuk menyumbangkan produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan per kapita. Pariwisata merupakan industri yang paling besar menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan pekerjaan.

“Kalau kita sudah memutuskan pariwisata, maka harus ada CEO commited, atau keseriusan pemerintah daerahnya. Alokasi waktu, budget yang signifikan, pilih kadispar (kepala dinas pariwisata) yang terbaik,” kata Menpar, saat pembukaan TdS 2016 di Kabupaten Solok, beberapa waktu lalu.

Arief menegaskan, PDB pariwisata Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN saat ini. Pertumbuhannya di atas rata-rata industri.

“Kalau orang spending Rp 100 juta, akan menjadi Rp 170 juta. Atau US$ 1 M, dampaknya jadi 170 persen, atau naik 1,7 kali. Sebaliknya, industri otomotif misalnya, kalau beli mobil seharga Rp 100 juta, dampak kepada rakyat hanya 0,7 persen, tidak sampai 100 persen. Malah rugi. Setiap PDB naik, maka pendapatan per kapitanya juga akan naik. Itulah yang sering saya sebut dengan mudah, murah, dan menghasilkan devisa,” katanya merinci.

Hal serupa juga terjadi di bidang tenaga kerja. Jika jumlah pengangguran ada 7 juta orang saat ini, maka bidang pariwisata justru bisa menyediakan kesempatan kerja.

“Untuk menciptakan satu lapangan pekerjaan di bidang pariwisata, cukup dengan modal US$ 5.000, sedangkan industri lain harus menyiapkan US$ 100.000. Artinya, 20 kali lipat. Saya bertanya, industri mana yang bisa menyaingi pariwisata, yang mudah, murah, dan cepat,” sebut Arief lagi.




REKOMENDASI

TERKINI