"Tour de Singkarak" Dongkrak Kesejahteraan Masyarakat

Ririn Indriani Suara.Com
Sabtu, 06 Agustus 2016 | 17:30 WIB
"Tour de Singkarak" Dongkrak Kesejahteraan Masyarakat
Tour de Singkarak.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tour de Singkarak (TdS) 2016 sudah diluncurkan Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, pekan lalu.

Suasananya meriah dan dihadiri Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Irwan Prayitno, serta seluruh bupati dan wali kota, yang daerahnya merupakan jalur balap sepeda internasional tersebut.

Menurut Menpar, atraksi ini merupakan man made (karya manusia), yang mengundang orang untuk datang.

"Selebihnya yang harus dipikirkan adalah 3A-nya, atraksi, akses dan amenitas (fasilitas penunjang), sebagai destinasi kelas dunia. Destinasi halal juga perlu didorong, agar bisa mendatangkan wisman (wisatawan mancanegara) yang lebih besar," kata Arief.

Ia kembali menggarisbawahi soal CEO commitment, komitmen dari penyelenggara daerah, seperti gubernur, bupati, wali kota, untuk serius memajukan pariwisata di daerahnya.

Berikut ada posting yang cukup menarik, yang merupakan tulisan Irwan Prayitno:

Tour de Singkarak 2016
oleh Irwan Prayitno

Pada 25 Juli 2016 lalu, saya menghadiri peluncuran Tour de Singkarak (TdS) 2016, yang dibuka oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya di Jakarta. Saya memberi apresiasi kepada Menteri Arief, yang antusias berbicara tentang pariwisata Sumbar. Bahkan di satu waktu, beliau lengkap menyampaikan data pendapatan penduduk di sekitar sebuah kawasan wisata yang sudah mengalami kenaikan, berkat adanya kawasan wisata tersebut yang makin ramai dikunjungi wisatawan. Ini membuktikan bahwa sektor pariwisata terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, apresiasi saya berikan kepada Kementerian Pariwisata RI, pemerintahan kota/kabupaten, aparat TNI dan Polri, Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI), dan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan persepedaan yang telah menunjukkan kesiapannya berpartisipasi mensukseskan TdS 2016 ini, yang merupakan kali ke delapan. Saya juga memberikan apresiasi kepada masyarakat Sumbar yang selama ini tertib dalam menonton TdS dan juga rekan-rekan media yang sudah melakukan liputan TdS.  

Di tengah kemeriahan dan optimisme persiapan TdS 2016 ini, tetap ada yang bertanya, apakah TdS berpengaruh terhadap pariwisata Sumbar. Untuk menjawab hal ini, maka beberapa informasi berikut bisa menjelaskannya.

Setelah tujuh kali digelar, ternyata sudah bermunculan destinasi wisata baru yang makin dikenal masyarakat lebih luas lagi. Tidak lagi Danau Singkarak semata. Beberapa di antaranya, Pantai Carocok, Pantai Gandoriah, Pantai Padang, Lembah Harau, Kelok 9, Pantai Tiram, Istana Pagaruyuang, dan masih ada lagi yang lainnya. Di samping itu juga ada Masjid Raya Sumbar, Tugu Perdamaian, dan Tugu IORA, yang sudah dijadikan tempat berfoto bagi para wisatawan.

Destinasi wisata ini makin dikenal masyarakat, karena start dan finish setiap etape berada di destinasi wisata. Dengan diliput media dalam dan luar negeri, seperti Euro Sport, menjadikan berbagai destinasi wisata tersebut makin dikenal masyarakat dalam penyajian yang berbeda, yaitu even balap sepeda. Bahkan, tumpukan kliping pemberitaan TdS, setiap kali diadakan yang dikumpulkan oleh Kementerian Pariwisata RI, tingginya mencapai 1 meter. Ini menunjukkan masifnya pemberitaan TdS oleh banyak media.

Selain itu, lebih 1.000 kilometer jalan yang diperbaiki setiap tahun untuk jalur balap sepeda menyebabkan semakin lancarnya arus orang, barang, dan jasa, sehingga turut memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai destinasi wisata yang ada di Sumbar.

TdS juga merupakan even balap sepeda dengan jumlah penonton terbanyak peringkat ke-5 di dunia, berdasarkan data Amouri Sport Organization (ASO) dan Union Cycliste Internationale (UCI). Dan diakui UCI sebagai even dengan “very high level security.” Ini artinya, masyarakat mendukung dan menikmati even TdS ini, karena juga sebagai hiburan bagi mereka.  

Selain itu, dengan sudah berlangsungnya TdS selama tujuh kali, semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa even ini bermanfaat pula untuk meningkatkan pendapatan mereka. Masyarakat bisa menjual oleh-oleh, suvenir, ragam kuliner, maupun menyediakan penginapan di sekitar kawasan wisata, baik selama berlangsungnya TdS maupun di luar TdS.

Hotel dan penginapan lainnya, setiap kali penyelenggaraan TdS ini, umumnya penuh. Bahkan di beberapa tempat yang masuk di etape tertentu, tidak tersedia hotel dan penginapan yang cukup, sehingga rombongan yang ingin menginap akhirnya kembali ke Padang. Pertambahan hotel dan homestay di Sumbar sebenarnya cukup signifikan. Tahun 2010, jumlahnya 263 unit, kemudian meningkat menjadi 388 unit pada 2015. Atau dari jumlah kamar, ada tambahan hampir 3.000 kamar baru.

Komitmen dan konsistensi penyelenggaraan TdS, di satu sisi memperlihatkan adanya iklim yang kondusif bagi pariwisata dan juga investasi. Karena dari situ bisa dilihat adanya keamanan yang baik, sehingga pembangunan dan investasi bisa berjalan.

Selain itu, TdS juga menjadi sebab munculnya even serupa di Indonesia, seperti Tour de Ijen (Banyuwangi) dan Tour de Flores yang juga berkonsep “sport tourism.” Ini artinya, pemerintah daerah lain melihat bahwa event olah raga seperti balap sepeda bisa menjadi ajang promosi efektif destinasi wisata yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

TdS merupakan ajang promosi pariwisata dan budaya Sumbar kepada publik di Indonesia dan luar negeri. Meskipun pernah diselenggarakan pada masa sulit, seperti masa pemulihan akibat gempa 2009, TdS sekaligus memperlihatkan kebangkitan kembali, sekaligus eksistensi pariwisata Sumbar.

Dari 4 kota/kabupaten yang berpartisipasi pada awalnya, kini hampir seluruh kota/kabupaten berpartisipasi. Semoga dengan kebersamaan yang makin kokoh ini, pariwisata Sumbar semakin baik ke depannya, yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

REKOMENDASI

TERKINI