Kemenpar Akan Bangun Jalur Cheng Ho

Madinah Suara.Com
Senin, 01 Agustus 2016 | 17:03 WIB
Kemenpar Akan Bangun Jalur Cheng Ho
Menpar Arief Yahya berdandan ala Kaisar Ming [Kemenpar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perayaan 611 tahun Laksamana Cheng Ho di Kelenteng Sam Poo Kong, Gedung Batu dan Tay Kak Sie Gang Pinggir, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Minggu (31/7/2016), berlangsung meriah. Sebagian besar warga mengenakan pakaian oriental.

Mereka berjalan kaki sejak pukul 05.00 WIB, dari Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok-Gang Warung-Jalan Kranggan Timur-Jalan Kranggan Barat- Jalan Depok- Jalan Pemuda-Tugu Muda-Jalan MGR Sugijopranoto-Taman Madukoro-Jalan Bojongsalaman-JalanSimongan-Kelenteng Sam Poo Kong.

Kemudian, sejak pukul 13.00 WIB, arak-arakan berlangsung dari Kelenteng Sam Poo Kong-Jalan Simongan-Jalan Bojongsalaman-Taman Madukoro-Jalan Indraprasta-Jalan Pierre Tendean-Jalan Pemuda-Jalan Gajahmada-Jalan Kranggan Barat-Jalan Kranggan Timur, dengan kendaraan.

Lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki dari Jalan Beteng-Jalan Wotgandul Barat-Jalan lnspeksi-Jalan Sebandaran I-Jalan Wotgandul Timur-Gang Baru-Gang Cilik-Gang Gambiran-Gang Pinggir- Kelenteng Tay Kak Sie.

“Tradisi ini sudah lama, dari tahun ke tahun, dan masyarakat mengapresiasi dengan baik,” kata Harry Untoro Drajad, Staf Ahli Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata (Kemenpar), yang ikut dalam proses itu.

Prosesi perayaan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak Sabtu, 30 Juli 2016. Acara difokuskan pada Sam Poo Kong, mulai dari pentas seni, budaya, bazar, sampai pesta kembang api pada pukul 00.00 WIB. Ribuan orang berjubel di halaman Kelenteng Sam Poo Kong. Di Kelenteng Tay Kek Sie juga ada doa dan pentas seni, dari pukul 07.00-00.00 WIB.

Menurut Harry, even rutin ini telah terjadwal setiap tahun dan selalu ada perkembangan baru, sehingga layak menjadi atraksi budaya yang bisa dipromosikan ke mancanegara. Tentu, harus dikoneksi dengan industri pariwisata, seperti maskapai penerbangan, keberadaan hotel dan akomodasi, restoran dan café, transportasi lokal, guide atau pramuwisata, dan atraksi destinasi yang lain.

“Kami sudah menjual paket tur Cheng Ho. Paket-paket wisata bahari, dengan yacht atau cruise (kapal pesiar), yang mengunjungi tompat-tempat yang pernah disinggahi Admiral Cheng Ho, mulai dari Bali, Batam, dan Jakarta,” jelasnya lagi.

Ada paket Kluster Nusantara (9-12 Hari), mulai dari Denpasar-Surabaya-Semarang-Cirebon-Jakarta-Bangka Belitung-Palembang-Batam-Banda Aceh-Batam/Jakarta. Lalu dilanjutkan dengan city tour per kota destinasinya.

Ada juga paket Kluster Sumatera (6-8 Hari), mulai dari Batam-Bangka Belitung-Palembang-Banda Aceh-Batam/Jakarta, yang dilanjutkan dengan city tour di masing-masing destinasi.

Ada paket Kluster Jawa-Bali, sekitar 6-8 hari, mulai dari Denpasar-Surabaya-Semarang-Cirebon-Jakarta, dan paket Klaster Jawa-Bali, dari Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, dan berakhir di Denpasar.

“Paket ini belum lama diluncurkan, tetapi sudah mulai ada peminatnya, dan naik dari tahun sebelumnya. Kita jangan melihat performance-nya saja, lihat juga proyeksinya. Ketika Jalur Cheng Ho ini jadi, destinasinya dibangun bagus, maka potensinya menjadi besar,” ungkap Harry, yang didampingi Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kemenpar, Lokot Enda.

Lokot menyatakan, masih melihat banyak aspek yang harus dikembangkan secara bersama-sama. Peran Pemda Kota Semarang dan Pemprov Jateng untuk mengembangkan destinasi lain, yang terintegrasi harus melibatkan media (M) lokal dan asing, agar memiliki proximity yang kuat.

Peran community (C) juga bisa lebih diberdayakan, agar bisa mendapatkan keuntungan. “Tinggal melibatkan akademisi (A) dan pelaku industru atau business (B). Maka segilima pentahelix tersebut akan mempercepat pengembangan destinasi budaya berbasis Cheng Ho,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, yang pada perayaan Laksamana Cheng Ho 2015 hadir dan mengenakan kostum kebesaran itu, membenarkan pernyataan staf ahlinya.

“Promosikan dengan baik jalur Cheng Ho untuk Tiongkok atau pasar China. Ketika orang Asia disetuh dengan kebudayaan dan sejarah masa lalu, maka mereka ingin tahu sejarah nenek moyang mereka,” kata Arief.

Arief, yang sudah tiga kali bertemu dengan Chairman of China National Tourism Administration (CNTA), Mr Li Jinzao, dua kali di Beijing dan sekali di Xi’an, menyatakan setuju untuk mengembangkan silk road jalur tenggara, melewati Laut China Selatan, yang dinamai Jalur Cheng Ho.

“Saat ini, turis Tiongkok sudah mulai berdatangan, dan mereka senang Bali dan Batam-Bintan. Jadi paket Cheng Ho itu cocok. Berawal dari Bali, berakhir di  Batam-Bintan, melewati jalur utara Jawa, mampir satu kota ke kota yang lain,” ujarnya.

REKOMENDASI

TERKINI