Suara.com - Sebuah studi terkini yang dipublikasikan dalam jurnal American Sociological Review menunjukkan bahwa faktor ekonomi bukan satu-satunya penyebab keretakan rumah tangga beberapa pasangan saat ini.
Menggunakan data dari survei nasional yang representatif, sosiolog Harvard University, Alexandra Killewald menganalisis 6.300 pasangan yang menikah sebelum tahun 1975, dan mereka yang menikah setelahnya. Dari survei ini ditemukan 1684 pasangan telah bercerai.
"Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa, secara umum, faktor keuangan bukan alasan yang menentukan perceraian. Sebaliknya, faktor bagi waktu antara pekerjaan rumah dan urusan kantor menjadi penyebab keretakan rumah tangga," imbuh Killewald.
Sebelum 1970-an, menurut dia, perempuan secara tradisional diharapkan menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus anak dan suami. Sedangkan lelaki bertanggung jawab untuk mencari nafkah.
"Untuk pasangan yang menikah baru-baru ini, terjadi perubahan sudut pandang mengenai hak dan kewajiban urusan rumah tangga. Perempuan mengharapkan partisipasi suami untuk ikut serta mengurus rumah tangga dibandingkan sekedar fokus mencari nafkah," tambah Killewald.
Selain pentingnya keterlibatan suami terhadap urusan rumah tangga, stabilitas profesi suami di tempat kerja juga menjadi faktor yang mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.
"Suami yang menganggur juga akan memicu stres pada kedua belah pihak. Untuk itu pernikahan dengan perencanaan matang akan lebih baik untuk kebahagiaan dan kelanggengan di masa mendatang," pungkasnya. (Medical Daily)