Inovasi Perajin Songket Bali Agar Tak 'Disudahi' Zaman

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 30 Juli 2016 | 09:44 WIB
Inovasi Perajin Songket Bali Agar Tak 'Disudahi' Zaman
Ilustrasi songket Bali. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Songket khas Bali sudah lama dikenal di pasar dunia. Dan, untuk menjaga kelestarian kain tradisional ini para perajin membuat sejumlah inovasi dengan metode pewarnaan alami serta alat songket tanpa sambungan.

"Kami kembangkan songket tanpa sambungan dengan menggunakan alat tanpa sambungan sehingga kain ini bisa dilestarikan mengingat sedikit anak muda yang mau menekuni," kata perajin songket, Ketut Widiadnyana di Denpasar, Sabtu (30/7/2016).

Menurut dia, sebelum ada alat baru ini, penenun harus membongkar ulang kain songket apabila ingin beristirahat menanggalkan alat yang melekat dengan tubuh.

Dengan alat baru itu, maka penenun tidak perlu membongkar ulang kain songket yang bisa dibuat tanpa sambungan.

"Kami prediksi kalau tidak ada inovasi kain itu bisa punah 20 tahun mendatang karena tidak ada generasi muda yang mau menekuninya," imbuhnya.

Selain itu, perajin asal Jembrana itu juga mengintensifkan penggunaan pewarna kain dari bahan alami yakni dari rempah-rempah dan tumbuhan.

"Kimia perlahan kami tinggalkan karena alami cenderung lebih bagus baik selera maupun harga pasar," ucapnya.

Pelatihan juga kerap diikuti salah satunya dengan menjadi binaan Bank Indonesia Provinsi Bali untuk mendapatkan metode pencelupan warna baik kimia maupun alami yang tidak mudah luntur.  Saat ini Ketua Kelompok Tenun Putri Mas itu mampu memproduksi 70 hingga 80 kain songket khas Jembrana per bulan.

Selain merambah pasar domestik, songket buatannya juga diminati turis asing khususnya dari negara-negara serumpun seperti Singapura dan Malaysia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI