Suara.com - Menteri Pariwisata Arief Yahya kembali mengingatkan pemerintah daerah (CEO) akan komitmen untuk membangun pariwisata di daerahnya masing-masing. Secara khusus, Menpar meminta Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno untuk serius membangun kawasan Mandeh, yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, yang sudah ditetapkan sebagai "Raja Ampat"-nya Sumatera.
"Kalau Pak Gubernur tiap Minggu datang ke Kemenpar (Kementerian Pariwisata), mengurus pariwisatanya, saya yakin kawasan itu akan cepat menjadi destinasi kelas dunia," ujarnya di sela-sela acara peluncuran Tour de Singkarak (TdS) 2016, di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (25/7/2016).
Melalui pidato yang disampaikannya, Arief menegaskan kembali komitmen dan keseriusan Kemenpar untuk mendukung para CEO untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai prioritas di daerahnya masing-masing.
Salah satu bentuk dukungan yang diberikan, menurut Arief, adalah alokasi 1.000 pondok wisata yang bisa dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Dengan skema B to B atau business to business, masyarakat bisa meminjam dana bank dengan uang muka 1 persen, bunga 5 persen, masa tenor 20 tahun, dengan hitungan cicilan sekitar Rp 800.000 per bulan.
"Syaratnya, menggunakan arsitektur Nusantara. Kalau di Sumbar, ya dengan desain Rumah Bagonjong," katanya.
Untuk dukungan jangka menengah, lanjut Arief, adalah menyiapkan lahan minimal 500 hektare (ha) untuk dibangun kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata. Dia mencontohkan, Tanjung Kelayang Belitung, disebutnya merupakan KEK tercepat yang pernah ada dan satu-satunya kawasan pariwisata, yang dalam tiga bulan sudah ditandatangani Presiden Joko Widodo.
"Tahap I, KEK Tanjung Kelayang menyiapkan lahan 324 ha, diteken Maret 2016, sudah mulai ground breaking (peletakan batu pertama) untuk hotel bertaraf internasional pada Agustus-September 2016," tuturnya.
Contoh lain, Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba Sumatera Utara. Ada tujuh bupati yang sudah kompak membangun pariwisata di sana.
"Kini sudah disiapkan 500 ha untuk membangun amenitas (fasilitas penunjang) KEK pariwisata yang akan mendapatkan banyak insentif, baik pajak maupun fiskal," tandasnya.
Sedangkan, soal jangka panjang, menpar menyebut adanya investor dari Timur Tengah yang mulai tertarik dengan Mandeh. Jika mereka berinvetasi ke Sumbar, sudah hampir pasti mereka akan membawa pasar Timur Tengah ke sana.
"Mandeh juga relatif dekat dari domestik market utama, Jakarta. Penerbangannya tidak lama dan relatif murah, dibandingkan dengan wisata bahari Raja Ampat," ungkapnya.
Secara tersirat, menpar meminta para CEO di Sumbar untuk bergerak lebih cepat, membangun pariwisata di sana.
"Pariwisata adalah cara yang paling cepat, paling mudah, dan paling murah untuk mendapatkan devisa. Bedanya, devisa yang dihasilkan dari pariwisata itu diambil di dalam negeri. Jadi, tidak ada pilihan yang lebih baik dan lebih cepat untuk menyejahterakan Sumbar, selain pariwisata," katanya.