Suara.com - Begitu banyak alasan untuk pindah kerjaan. Salah satu yang paling sering dipakai adalah karier mentok. Alasan itu terdengar lucu, sih, sebenarnya. Soalnya, bisa saja karier mentok itu hanya ungkapan emosi sesaat.
Apalagi jika tiap hari hasil kerjanya gak signifikan. Iya, kerjaan selesai, tapi nggak sesuai dengan kriteria atasan. Akhirnya kita hanya dinilai sebagai karyawan yang prestasinya rata-rata, nggak outstanding alias luar biasa. Walhasil, posisi ya bakal gitu-gitu saja, nggak ada kenaikan. Beda ceritanya kalau kita sudah berkontribusi pada kemajuan perusahaan, tapi bos cuek-cuek saja.
Bahkan orang lain yang biasa-biasa saja malah diangkat lebih dulu. Berarti ada yang nggak beres dengan manajemen perusahaan itu. Tapi, apakah ini artinya bisa langsung pindah kerjaan? Nggak juga.
Pindah kerjaan bukan masalah sepele. Akan ada banyak perubahan dalam kehidupan. Jika nggak siap akan perubahan itu, yang ada posisi malah tambah ambles.
Sebelum memutuskan pindah kerjaan, kita patut berkontemplasi dulu. Coba tanyakan hal-hal ini ke diri sendiri dengan pikiran jernih:
1. Mana rencananya?
Orang kalau mau melangkah ke hal baru kudu punya rencana. Ada lho orang yang ngebet resign, tapi pikirannya, “Yang penting resign dulu.” Terus, kalau sudah resign, mau ngapain? Itu yang menjadi pertanyaan. Jadi, matangkan dulu rencana setelah resign. Apakah kerja di tempat lain? Atau mau buka usaha sendiri?
Jika masih mau jadi karyawan, sebaiknya sebelum resign sudah memastikan diterima dulu di tempat kerja itu. Bukan habis resign terus kelimpungan cari kerja ke mana-mana.
Jika mau buka usaha, siapkan modal. Hitung sedetail mungkin untuk memilih usaha apa yang cocok. Jangan sampai usaha sudah buka, tapi usianya cuma sebulan-dua bulan. Atau malah mau buka nggak jadi-jadi lantaran rencananya gak matang.
2. Sudah curhat?
Punya masalah jangan dipendam, apalagi di tempat kerja. Jika merasa perusahaan nggak adil memperlakukan kita selaku karyawan, kita bisa kok menanyakan hal itu ke atasan. Atasan yang baik pasti akan menerima masukan. Tanyakan dengan baik-baik soal karier yang kamu anggap mentok itu. Bisa jadi dari jawaban si bos ada pencerahan, juga motivasi agar kita bertahan di situ.
Namun sebaiknya tidak perlu minta saran ke rekan kerja, apalagi yang sedivisi dan selevel. Bukan mau negative thinking, tapi bisa jadi kita malah dikompori. Kalau kita keluar, otomatis pesaingnya untuk naik karier berkurang, dong. Betul nggak?
Toh, akan lebih efektif meminta saran dari atasan. Bahkan dengan membicarakan soal karier dengan atasan bakal menunjukkan bahwa kita peduli akan pekerjaan dan perusahaan. Bos yang perhatian pasti akan menangkap sinyal ini dan lebih memperhitungkan keberadaan kita.
3. Jangan-jangan baper doang
Baper alias bawa perasaan memang bisa merugikan. Siapa tahu kita hanya baper saat memutuskan mau resign. Atau hanya ada godaan sesaat dari kantor lain. Ini berlaku khususnya buat mereka yang mendadak dihubungi kantor lain untuk diminta datang wawancara kerja. Nggak apa-apa kalau kantor itu lebih oke. Kalau sebaliknya? Dapat zonk kita.
Intinya, gunakan akal sehat ketika akan memantapkan niat pindah kerjaan. Karier mentok saja bukan alasan yang kuat. Sebab, keputusan pindah kerja nggak bisa diambil sembarangan. Kecuali kita diperbudak atasan alias hak-hak sebagai pekerja dilanggar begitu saja.
Baca juga artikel Duitpintar lainnya:
Punya Karier Tidak Berkembang Jangan Buru-buru Resign Refleksi Diri dengan Cara Ini
Jika Karier Mentok Jangan Buru-buru Resign Jawab Dulu 3 Pertanyaan Ini
Pilih Kerja Sesuai Passion Tapi Duit Mepet atau Karier Lainnya Tapi Cepet Bisa Hidup Mandiri
Published by Duitpintar.com |