Suara.com - Kepualuan Riau (Kepri) mulai menyiapkan pengembangan gerbang wisata sea zone (zona laut), coastal zone (zona pantai), dan underwater zone (zona bawah laut). Targetnya, dalam tiga tahun, provinsi yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia itu menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara (wisman) berbasis bahari di Tanah Air.
“Kami fokus mengembangkan bahari, mengubah pemikiran dan strategi dari darat ke laut. Tiga tahun ke depan, Kepri harus jadi gapura wisata bahari Indonesia. Kepri dikepung perairan yang sangat luas. Prosentasenya, 96 persen adalah lautan, sementara 4 persen lainnya berupa daratan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti, Batam, Sabtu (23/7/2016).
Menurutnya, Kepri punya geostrategis yang bagus. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan langsung dengan Vietnam dan Kamboja, di sebelah barat, ada Singapura dan Malaysia. Singapura-Batam dapat ditempuh selama 60 menit, sementara Malaysia-Batam bisa ditempuh 75 menit.
“Singapura yang kecil saja bisa disinggahi 4.000 yacht (perahu pesiar) dalam setahun. Padahal, laut yang bagus ada di Indonesia,” ucapnya.
Proses menggapai mimpi besar itu sudah dimulai melalui Festival Bahari Kepri, Sail Karimata 2016, Eco Heroes, Tanjungpinang Dragonboat Race, Wonderful Indonesia Sailing, Sky Lantern, Kepri Carnival, hingga parade kapal Sungai Carang. Semua even ini dipastikan bakal menarik wisman ke Kepri.
Jalin Kerja Sama dengan Malaysia dan Singapura
Indonesia bisa menjalin kerja sama dengan Malaysia dan Singapura. Wisman bisa lewat kedua negara itu untuk sampai ke Kepri. “Di sinilah pentingnya kerja sama, saling mengisi, atau istilahnya komplementer,” katanya.
Bila dikolaborasikan dengan regulasi yang pro pasar pariwisata, Guntur optimistis cara ini bisa menaikkan pamor wisata bahari Kepri. Apalagi, sekarang ada bebas visa kunjungan (BVK) yang diberikan kepada 169 negara di dunia, yang dipayungi Peraturan Presiden (Perpres) 105 tahun 2015.
Ada juga akses clearance and approval for indonesian territory (CAIT) untuk yacht dan cabotage (kapal wisata asing boleh mengangkut dan menurunkan penumpang di pelabuhan Indonesia) untuk cruise (kapal pesiar). Yachter tidak perlu lagi repot-repot sebagaimana sebelumnya, yang diperlakukan seperti impor barang barang mewah.
“Sekarang sudah ada 16+1 entry point Kepri, perjanjian kerja sama gubernur Kepri dengan duta besar RI untuk Singapura untuk menjadikan Kepri sebagai gerbang wisata bahari Indonesia juga sudah ditandatangani, tinggal pelaksanaan. Kami punya Zero Equator di Lingga. Ada juga playground eksotis di Natuna dan Anambas. Kalau kita mau merebut pasar, ya harus berani kreatif. Kalau tidak, ya kita bisa kehilangan momentum. Kita merasa bagus, cantik, hebat, tapi tidak banyak orang tahu,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, Singapura adalah hub country (negara penghubung) yang ideal. Seluruh penerbangan dunia transit ke Singapura. Satu tahun, jumlah wisatawan yang masuk, belum yang sekadar transit, ada 15,5 juta orang. Bila dibagi 12 bulan, rata-rata 1.250 orang berwisata di Negeri Singa Putih itu.
“Belum lagi ekspatriat yang bekerja profesional di Singapura. Jumlahnya ada 1,5 juta orang, yang setiap akhir pekan butuh wisata. Jadi pasar Singapura sangat potensial, karena dekat dan bisa diakses dengan murah menggunakan ferry,” jelasnya.
Kerja sama juga sudah dijalin dengan kementerian pariwisata Singapura, termasuk Changi Airport Singapore, untuk promo bersama. Marketing bersama dilakukan untuk menjemput pasar wisman Cina, Korea, Jepang, Hongkong, dan Taiwan.
“Two countries, one destination (dua negara, satu tujuan wisata). Paketnya untuk dua negara sekaligus, Singapura dan Batam-Bintan. Itu paket jualan yang bagus," kata Arief.