Semarang Bakal Gelar Kirab Jejak Cheng Ho

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 22 Juli 2016 | 18:10 WIB
Semarang Bakal Gelar Kirab Jejak Cheng Ho
Kelenteng Cheng Ho, Semarang, Jawa Tengah. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam rangka mempromosikan Jalur Samudera Cheng Ho untuk para wisatawan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) menyelenggarakan kirab budaya “Pesona Budaya Cheng Ho”, di Semarang, Jateng. Acara ini diselenggarakan bersama dengan pengelola Kelenteng Tay Kak Sie, Kelenteng Sam Po Kong, dan Komunitas Tionghoa Semarang, pada 30-31 Juli 2016.

Tahun lalu, pada peringatan yang sama, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya hadir di kelenteng terbesar di Jateng itu. Bahkan, ia sempat mengenakan baju kebesaran Cheng Ho, bermotif naga warna merah dan hitam.

Menpar juga mampir ke Kelenteng Tay Kak Sie, di Gang Pinggir, Kota Lama, Semarang.
 
”Rangkaian kegiatan yang akan digelar antara lain, ritual sembahyangan, malam budaya, seminar dan business meeting (pertemuan bisnis), serta kirab budaya dari Kelenteng Tay Kak Sie ke Kelenteng Sam Poo Kong. Ini akan digelar secara meriah. Yuk, datang ke Semarang,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Jateng, Prasetyo Aribowo, Semarang, baru-baru ini.

Saat kirab berlangsung, ribuan warga dipastikan akan sangat antusias dan memeriahkan acara sejauh 6 kilometer (km), dari satu kelenteng ke kelenteng lainnya. Kirab ini bertujuan untuk memperlihatkan detail-detail perjalanan Laksamana Cheng Ho dengan armadanya, termasuk kisahnya saat memutuskan singgah di Semarang.

”Nanti akan dibawa patung besar Cheng Ho. Sangat menarik acara ini,” katanya.

Semarang ditunjuk sebagai salah satu situs dari sembilan kota yang dilalui oleh ekspedisi Cheng Ho, yang kini ditetapkan menjadi jalur Samudera Cheng Ho. Kota-kota yang dilalui adalah Aceh, Batam, Palembang, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya, dan Bali.

”Selain itu, saat arak-arakan nanti akan ada juga tampilan tujuh kesenian daerah yang mengiringi, yang merupakan bagian dari fakta kuatnya akulturasi budaya Tiongkok dengan budaya lokal di Jawa Tengah, khususnya Semarang,” ujarnya.

Prasetyo berharap, wisatawan mancanegara, terutama dari Cina, serta para pengagum Laksamana Cheng Ho akan berbondong-bondong mengikuti paket tur wisata ke kota-kota tersebut.

Cheng Ho Habiskan Lima Ekspedisi di Nusantara
Berdasarkan sejarah, pencanangan jalur Samudera Cheng Ho menjadi tonggak penting sejarah Indonesia. Dari 30 negara yang disinggahi Cheng Ho dalam tujuh kali ekspedisinya selama 28 tahun, lima ekspedisi dihabiskan di Nusantara, yang saat itu mulai memasuki peradaban Islam Kesultanan Demak.

Adapun yang melatarbelakangi wisata jalur Samudera Cheng Ho ini adalah misi perdamaian, perdagangan, dan adanya persamaan budaya, agama, antar kedua negara. Namun menurut Prasetyo, latar-latar belakang tersebut pun harus seimbang dengan nilai perekonomian, salah satunya lewat pengembangan wisata.

”Wisata kemaritiman dibagi tiga besar, yaitu pantai, laut dan bawah laut. Itu semua harus kita jelajahi. Di Indonesia sendiri, untuk wisata pantai baru 60 persen, 30 persen wisatawan main di laut, dan 10 persen di bawah laut. Jalur Samudera Cheng Ho bisa meningkatkan jumlah tersebut," harapnya.

Pemerintah Cina disebut akan mengonfirmasi cerita ekspedisi Cina, sebab ada banyak versi mengenai perjalanan Cheng Ho. Jalur Samudera Cheng Ho sendiri dibuat untuk meningkatkan kunjungan turis mancanegara, khususnya Cina.

Konon, Laksamana Cheng Ho dan awaknya berlabuh di beberapa tempat di Semarang, seperti gua yang sekarang disebut Gedong Batu Simongan, atau akrab disebut Sam Poo Kong. Mereka juga dikabarkan bermukim di Pelabuhan Semarang, yaitu di daerah Simongan dan sepanjang kali Semarang.

Laksamana Cheng Ho bukan hanya tokoh penjelajah Bumi yang mashyur, tapi juga seorang penyebar agama Islam yang disegani. Namanya sangat legendaris di tengah-tengah peranakan Tionghoa.

Jejak Cheng Ho di Semarang sangat mendalam, karena konon keturunan Tionghoa di Indonesia telah bekerja susah payah bersama pribumi untuk membangun Kota Semarang. Tak hanya itu, ekspedisi ini membuahkan persahabatan dan ilmu pengetahuan.

Pada saat kirab berlangsung, para etnis Tionghoa dapat ikut sembahyang di altar besar Sam Poo Kong atau minum air suci di gua petilasan tersebut.

REKOMENDASI

TERKINI