“Dan itu adalah regulasi. Aturan yang menjerat dan mengikat kitalah yang harus dibenahi. Jumlah peraturan di Tanah Air ada 42.000, dan banyak yang bertabrakan antar satu dengan lainnya,” ungkapnya.
Arief juga menyebut, petugas imigrasi adalah wajah depan Indonesia. Jika tampak wajahnya berseri, tersenyum dan ramah, maka seperti itulah persepsi wisman terhadap Indonesia. Begitu pun sebaliknya, jika tampak murung, seram dan tidak bersahabat, maka seperti itulah kesan pertama yang ditangkap oleh para wisatawan.
“Jadi, wajah Indonesia sangat tergantung oleh Dirjen Imigrasi, Pak Ronny Sompie,” kata Arief yang disambut senyum oleh Ronny Sompie, yang juga hadir dalam acara tersebut.
Patut Mencontoh Pariwisata Singapura
Poin ketiga, Arief juga menjelaskan soal bebas visa kunjungan (BVK). Menurutnya, ada beberapa hal yang patut dicontoh dari negara-negara tetangga, yang jumlah kunjungan wismannya tinggi.
“Kita harus out world looking, melihat apa yang dilakukan oleh Singapura dan Malaysia, mengapa mereka sukses. Mereka sudah menjalankan BVK pada lebih dari 150 negara, jauh sebelum Indonesia membuka pintu lebar-lebar buat wisman. Kita jauh terlambat dalam hal visa fasilitation. Atau dalam pantauan Competitiveness Index versi World Economic Forum, international openness (keterbukaan kepada dunia Internasional) kita rendah,” kata laki-laki asal Banyuwangi ini lagi.
Menanggapi hal tersebut, Yasonna menyatakan bahwa ia menyambut baik kerja sama dengan Kemenpar. Menurutnya, untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia, perlu ditingkatkan sinergitas antar kementerian dan para stakeholder (masyarakat pendukung) agar berjalan dengan baik.
“Semua kementerian dan stakeholder harus mempersiapkan infrastruktur dan perangkat pendukung lainnya, agar para wisatawan dapat menikmati potensi wisata Indonesia secara optimal,” kata Yasonna.
Menkumham menyatakan siap membantu Kemenpar mendapatkan data wisatawan asing yang ada di Indonesia.
“Kami akan bergandengan tangan dengan Kemenpar. Apa yang bisa kami bantu akan kami lakukan," ucap Yasonna.