Suara.com - Kegemukan atau obesitas selama ini dikaitkan dengan konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari dalam jangka waktu yang lama. Pada gilirannya, kondisi obesitas menjadi gerbang dari berbagai macam penyakit degeneratif seperti stroke, serangan jantung, diabetes, dan hipertensi.
Padahal, menurut pakar gizi dan kebugaran, Emilia E. Achmadi, kurangnya asupan kalsium juga dapat meningkatkan risiko obesitas. Ia menjelaskan, kalsium memiliki peran dalam meningkatkan metabolisme tubuh, yang pada gilirannya mempengaruhi proses pembakaran energi.
"Obesitas mempercepat berbagai penyakit degeneratif muncul. Sehingga dengan mengatasi masalah obesitas, maka berbagai penyakit seperti diabetes, stroke bisa dicegah," ujar Emilia pada temu media bersama Synergy Worldwide Indonesia di Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Ditambahkan, dr Prapti Utami selaku Konsultan Produk Synergy Indonesia, kalsium merupakan mineral penting yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Pasalnya, kalsium dapat menekan produksi enzim sintatase yang dapat mengubah kalori menjadi lemak.
"Sehingga kalau kurang kalsium enzim sintatase menjadi lebih aktif. Kalori yang masuk akan langsung diubah menjadi lemak. Jadi kalsium harus tercukupi agar lemak-lemak di tubuh tidak menumpuk," imbuhnya.
Sumber kalsium, lanjut Emilia, tak hanya bisa diperoleh dari susu. Berbagai makanan seperti ikan sarden, kacang merah, almond, sawi hijau juga kaya akan kalsium. Yang pasti, tambah dia, setiap orang harus memenuhi asupan kalsium sebanyak 900-1000 mg per hari.
"Tapi berapa banyak sayuran yang bisa kita konsumsi untuk mencukupi 1000 mg setiap hari. Jadi memang suplementasi membantu menyempurnakan jumlah asupan, bukan untuk menggantikan. Suplementasi juga harus dikombinasikan dengan aktivitas fisik dan pola makan yang sehat," pungkas Emilia.