Jayapura Bakal Gelar Festival Crossborder

Ririn Indriani Suara.Com
Minggu, 17 Juli 2016 | 17:16 WIB
Jayapura Bakal Gelar Festival Crossborder
Ilustrasi tarian tradisional masyarakat Papua. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Festival Crossborder Jayapura siap digelar di Pasar Skouw, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua, pada 21 juli 2016. Inilah saatnya bagi Anda untuk menikmati keramaian pasar dan konser musik di ujung timur Indonesia, yang dimeriahkan oleh pengisi acara, Steven Jam dan Siti Liza.

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya pernah mengingatkan bahwa potensi pasar di cross border atau daerah perbatasan sebenarnya bisa menghasilkan kantung-kantung turis. Contohnya semacam Singapura dengan Johor Baru, yang dimanfaatkan untuk memperoleh jumlah atau kuantitas wisatawan mancanegara (wisman).

"Data semua potensi perbatasan dan jadikan destinasi dengan berbagai even yang menarik, seperti musik, sport tourism (wisata olahraga), atau cultural event (wisata budaya)," katanya, beberapa waktu lalu.

Mengapa harus konser musik yang disuguhkan sebagai atraksi utama? Dan mengapa harus di Pasar Skouw?
“Berdasarkan survei yang sudah dilakukan, musik sangat disukai masyarakat Papua dan Papua Nugini. Jadi, yang kami sajikan di Pasar Skouw adalah jenis musik yang disukai pasar. Kalau suka musik dangdut dan reggae, kita bikin konser dangdut dan reggae. Ibarat berdagang, kita menyediakan apa yang masyarakat butuhkan,” terang Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata (Kempar), I Gde Pitana, Jakarta, Sabtu (16/7/2016).

Soal lokasi, laki-laki berkacamata itu juga punya alasan yang kuat. Selain berbatasan langsung dengan Papua Nugini, kawasan ini juga bakal segera disulap menjadi beranda depan Indonesia. Inilah wilayah perencanaan Papua di masa depan.

Kawasan ini tak ubahnya seperti Las Vegas di Amerika Serikat. Awalnya hanya berupa tanah kosong, tapi kemudian sukses dikembangkan menjadi daerah pariwisata yang mewah.  

“Bila Amerika Serikat saja sukses mengembangkan Las Vegas, yang dulunya  gurun pasir, mengapa Indonesia tidak bisa mengembangkan Skouw? Pasarnya tak pernah sepi dikunjungi masyarakat Papua Nugini. Panoramanya juga keren,” ungkap Pitana.

Dengan bahasa yang lebih jelas, Pitana menyebut Pasar Skouw sebagai gapura yang pas untuk mempromosikan keindahan alam Indonesia. Di sekitar Skouw, ada pantai berpasir putih keabuan.

Garis pantainya lurus dan panjang, letaknya pun sangat strategis, yaitu di bibir lautan Pasifik. Gelombang tingginya sangat ideal untuk berselancar.

Selain itu, suasananya sangat sepi dan jauh dari keramaian, sangat ideal bagi para turis yang ingin mendapatkan ketenangan.

Saat simpul itu digenjot dengan promosi pariwisata, Skouw diyakini bisa kian berkembang.
“Cross border tourism banyak manfaatnya, terutama negara yang punya perbatasan darat. Contohnya bisa dilihat dari Belanda, yang sukses mendatangkan 18 juta orang wisatawan, yang mana 13 juta di antaranya berasal dari negara tetangga, seperti Jerman, Belgia, dan Prancis. Indonesia sangat mungkin mengadopsi keberhasilan Belanda,” ujarnya.

Penyelenggaraan Festival Crossborder di Jayapura, selain untuk menarik kunjungan wisman perbatasan, juga diharapkan akan menggerakan perekonomian masyarakat lokal.

“Kalau ada banyak orang Papua Nugini yang datang dan membelanjakan uangnya di Indonesia, ekonomi masyarakat setempat kan ikut bergerak. Perekonomian lokal akan hidup,” kata Pitana.

REKOMENDASI

TERKINI