Suara.com - Ajang tahunan Solo Batik Carnival (SBC) segera digelar di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah pada 22-24 Juli mendatang. Pargelaran ini dihelat untuk mengangkat citra batik dan Solo sebagai kota batik dunia.
"Ini konsisten dilakukan, untuk menjaga wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara menikmati batik di kota kami. Silakan datang dan saksikan," kata Kepala Dinas Pariwisata Surakarta, Eny Tyasni Suzana, di Solo, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Eny mengatakan SBC yang sudah memasuki usia ke-9 ini rencananya dilaksanakan di jalan utama, yaitu Slamet Riyadi hingga halaman depan Balai Kota Solo. Jalan tersebut nantinya bakal disterilkan dan disulap menjadi runway catwalk bagi para model yang memperagakan busana hasil desain dan kreasi mereka.
"Saat melakukan parade, para model juga akan diiringi oleh musik-musik khas Jawa. Kombinasi pesona Indonesia yang kami miliki,” ujarnya.
Sejak penyelenggaraannya pada 2008, SBC konsisten mengangkat batik sebagai tema karnaval dan selalu sukses menyita perhatian jutaan penonton setiap tahunnya. Yayasan SBC juga telah membuka pendaftaran bagi para peserta sejak Februari lalu.
Juru Bicara Yayasan SBC, Ira Oktarini mengatakan penyelenggaraan SBC kali ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab acara tersebut bakal menyajikan kegiatan bazar produk, hasil karya para peserta. Semua dipamerkan secara khusus selama tiga hari.
SBC juga dipastikan akan menarik perhatian pengunjung dengan koreografi dan kostum-kostumnya. Sebelumnya para peserta akan dibekali pengetahuan lewat workshop dari panitia.
"SBC yang diselenggarakan hampir satu dasawarsa ini telah mengalami banyak perkembangan, baik dari sisi penampilan ataupun desain kostum. Selain itu, ada hubungan antara penyelenggaraan even dengan grafik kunjungan wisatawan, misalnya, jumlah hunian hotel yang semakin meningkat," ucapnya menuturkan.
Menurut Ira, banyak pendaftar yang belum punya pengalaman mengikuti SBC atau punya keterampilan membuat kostum. Namun pihaknya membuka tangan lebar-lebar. "Karena kami juga memberi pelatihan kepada seluruh peserta secara gratis, sesuai jadwal yang telah kami buat," katanya.
Jadi Ikon Solo
Ira mengakui tak mudah mempertahankan dan menciptakan even berkualitas yang tetap menarik dan atraktif untuk para wisatawan. Terlebih, acara tersebut telah menjadi ikon Solo dan mampu menyedot perhatian wisatawan, penyuka seni, serta pecinta batik.
"Kami akan tetap berusaha menghibur, mengedukasi, berusaha untuk tetap kreatif dan inspiratif bagi pesona batik Solo yang kami cintai ini," katanya.
Kota Solo sendiri dikenal sebagai pusat batik yang memiliki beragam motif lawas. Ada tiga macam batik yang dimiliki kota ini, yakni batik Keraton, yang batik digunakan oleh Keraton Kesunanan dan Keraton Mangkunagaran; batik Sedagaran yang dibuat oleh masyarakat kelas atas; serta batik para petani.
Batik-batik Solo umumnya berwarna cokelat, putih, dan hitam. Seluruh ragam motif batik Solo bisa ditemukan di Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan, termasuk di ajang Solo Batik Carnival 2016.
Ada sedikit perbedaan antara motif batik Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Solo selalu menggunakan warna dasar cokelat tua maupun cokelat muda, yang berkesan redup dan sejuk dipandang mata, sedangkan DIY selalu menggunakan warna dasar putih atau terang, sehingga motifnya terlihat kontras.
Beda lagi dengan batik pesisiran, yang cenderung cerah dan berwarna-warni.
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menyatakan apresiasinya pada persiapan yang dilakukan oleh Kota Solo untuk menyongsong SBC 2016. "Solo memiliki fashion batik yang kuat, dan sudah diperkenalkan melalui karnaval yang sudah punya karakter, seperti Jember sebagai pionir dan Banyuwangi dengan ethno-nya," katanya.
Arief mengingatkan agar promosi SBC dilakukan dengan baik dan lebih gencar agar bisa mengundang wisatawan mancanegara dan Nusantara.
"Idealnya, biaya promosi melalui media harus 50 persen dari total biaya operasional kegiatan," katanya.