Ira mengakui tak mudah mempertahankan dan menciptakan even berkualitas yang tetap menarik dan atraktif untuk para wisatawan. Terlebih, acara tersebut telah menjadi ikon Solo dan mampu menyedot perhatian wisatawan, penyuka seni, serta pecinta batik.
"Kami akan tetap berusaha menghibur, mengedukasi, berusaha untuk tetap kreatif dan inspiratif bagi pesona batik Solo yang kami cintai ini," katanya.
Kota Solo sendiri dikenal sebagai pusat batik yang memiliki beragam motif lawas. Ada tiga macam batik yang dimiliki kota ini, yakni batik Keraton, yang batik digunakan oleh Keraton Kesunanan dan Keraton Mangkunagaran; batik Sedagaran yang dibuat oleh masyarakat kelas atas; serta batik para petani.
Batik-batik Solo umumnya berwarna cokelat, putih, dan hitam. Seluruh ragam motif batik Solo bisa ditemukan di Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan, termasuk di ajang Solo Batik Carnival 2016.
Ada sedikit perbedaan antara motif batik Solo dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Solo selalu menggunakan warna dasar cokelat tua maupun cokelat muda, yang berkesan redup dan sejuk dipandang mata, sedangkan DIY selalu menggunakan warna dasar putih atau terang, sehingga motifnya terlihat kontras.
Beda lagi dengan batik pesisiran, yang cenderung cerah dan berwarna-warni.
Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menyatakan apresiasinya pada persiapan yang dilakukan oleh Kota Solo untuk menyongsong SBC 2016. "Solo memiliki fashion batik yang kuat, dan sudah diperkenalkan melalui karnaval yang sudah punya karakter, seperti Jember sebagai pionir dan Banyuwangi dengan ethno-nya," katanya.
Arief mengingatkan agar promosi SBC dilakukan dengan baik dan lebih gencar agar bisa mengundang wisatawan mancanegara dan Nusantara.
"Idealnya, biaya promosi melalui media harus 50 persen dari total biaya operasional kegiatan," katanya.